Senin, 23 Desember 2013

The Walking


and I would rather tread the earth by foot
the walking I could feel the softness of the sand
by walking I can understand that it was a rough stone
the walking I could see that the grass is green
by walking I can feel certain that I was stepping on earth

dan aku lebih suka menginjak bumi dengan jalan kaki
dengan jalan kaki aku bisa merasakan lembutnya pasir
dengan jalan kaki aku bisa paham bahwa batu itu kasar
dengan jalan kaki aku bisa melihat bahwa rumput itu memang hijau
dengan jalan kaki aku bisa merasakan dengan sesungguhnya bahwa aku memang menginjak bumi

In English


 Like in Silence

Liking someone is the easiest thing
However, hoping he would reply
It is not as easy as turning the palm of the hand
There's nothing wrong with the word "love"

Everyone has the right to love and even love
Including me, which is now very tired and bored
Just the word "silence" can I choose
Although restless always shadowing in my sleep

With silence, the silence will always accompany
With silence, then peace will always be present
With silence, then the problem will not be approached
With silence, then there will not be a word that comes out

I was a human being who can feel
It hurts the heart meyayat
Even more painful than scratching a knife
Just bitter that I can understand

However, if I quit like
Just to make my life become empty
And it will be made worse off
Let me that will always love you in silence

Suaidah, December 20, 2013 (22:10)

Menyukaimu dalam Diam


Menyukai seseorang adalah hal yang paling mudah
Akan tetapi, berharap dia akan membalas
Tidaklah semudah membalikkan telapak tangan
Tidak ada yang salah dengan kata “suka”

Semua orang berhak untuk menyukai bahkan mencintai
Termasuk aku, yang kini sangat lelah dan bosan
Hanya kata “diam” yang bisa aku pilih
Meski gelisah selalu membayangi dalam tidurku

Dengan diam, maka keheningan akan selalu menemani
Dengan diam, maka kedamaian akan selalu hadir
Dengan diam, maka masalah tidak akan menghampiriku
Dengan diam, maka tidak akan ada sepatah kata pun yang keluar

Aku adalah manusia biasa yang bisa merasakan
Rasanya sakit meyayat hati
Bahkan lebih pedih dari goresan pisau
Hanya pahit yang bisa aku pahami

Namun, jika aku berhenti menyukaimu
Hanya akan membuat hidupku menjadi kosong
Dan itu akan membuatku semakin terpuruk
Biarlah aku yang akan selalu menyukaimu dalam diam

Suaidah, 20 Desember 2013 (22:10)



Kepasrahan hamba kepada Sang Raja


Kuserahkan semua yang aku punya
Akan kuletakkan harta yang aku agungkan
Akan kupersembahkan apa yang menjadi inginmu
Akan kuikuti semua titah yang kau berikan

Kau ingin pakaianku, akan kuberikan kepadamu
Bahkan jika tinggal yang aku pakai hari ini
Kau ingin sepatuku, akan kuberikan kepadamu
Bahkan jika aku harus pulang di tanah berduri

Kini aku tidak punya apa-apa
Hanya tinggal hati yang tidak bisa berjalan
Hati yang tidak tahu apa-apa
Hati yang akan tetap tenang, jika masih kau minta

Jkeoshi, 20 Desember 2013

Kepada Chairil Anwar


Begitu banyak patah kata yang kau torehkan
Satu kata saja, telah membuatku jatuh hati
Apapun yang kau tulis, selalu istimewa
Membaca karyamu, jariku pun tidak tahan

Jika aku hidup pada zamanmu
Maka aku adalah orang pertama yang mengagumimu
Jika aku hidup sebelum zamanmu
Maka aku akan buta dan tidak tahu arah estetika

Kaulah pelopor angkatan ‘45
Kaulah penggugah para penyair
Kaulah yang membangkitkan para pemuda
Kaulah orang pertama yang menginspirasiku

Suaidah, 20 Desember 2013 .

Rabu, 11 Desember 2013

Puisi keoshi


Menunggu

Kuukir di atas pasir yang tak berbisik
Sejauh mata memandang, hanya berderet-deret perahu berlabuh
Tanda sang raja siang telah berpaling
Sang ratu malam pun mulai mengintip dibalik semak-semak

Mungkin ini adalah pekerjaan yang paling membosankan
Lebih bosan dari padang pasir yang menunggu embun
Lebih pelik dari kutub selatan yang menunggu sinar
Lebih sakit dari bulan yang ingin bertemu matahari

Cukup sudah semua itu .. .
Kini tidak ada lagi kata tunggu
Tidak akan ada lagi kata sebentar
Tidak ada lagi juga kata nanti
Tidak ada pula kata besok

Senin, 09 Desember 2013

Rumput Masih Hijau

Aku tahu, jika aku hanya diam
dan aku juga tahu, jika banyak kumbang yang berisik
aku pun tahu pula, jika memang ada yang tidak suka cara ku
Cara ku dalam merawat rumput yang hijau
rumput masih tetap hijau, meski aku semprotkan cairan pemutih
rumput masih hijau, meski aku injak-injak
dan rumput masih hijau, ketika kambing pun ikut menelan na

Aku tahu, jika rumput sudah mulai mengering
tanah pun jadi dangat tandus
sapi tidak akan menapak di tempat itu
semut pun akan lari kesana-kemari
bahkan cacing pun ogah tetap berada di sana

Tetapi, siapa yang akan tahu
Jika hujan sudah mulai turun, maka dengan sendiri na
Rumput akan menampakkan hijau na
Meski dipangkas dengan cara yang sedemikian rupa
Yang nama rumput, akan menunjukkan kelas na
di mana pun ia berada, ia akan dapat tetap tumbuh


Cerpen "ACARA LIBURAN"



Kelas XI.3 tampak ramai dan gaduh, suaranya sampai terdengar di luar kelas. Biasa, setelah ulangan semester biasanya sekolah SMA Galaksi Unno anak-anak OSISnya mengadakan classmeeting. Tetapi anak-anak yang tidak mengikuti, biasanya mereka hanya ngobrol-ngobrol di kelas. Heiji yang sedari tadi berada di lapangan olahraga ingin cepat-cepat masuk kelas dan bergabung dengan yang lainnya. Karena kegaduhan di kelas XI.3 telah membuat telinga Heiji gatal dan ingin sekali ikut di tengah-tengah keramaian itu. Setelah Heiji dan kawan-kawan selesai pertandingan sepak bola lawan kelas XI.5, la langsung beranjak ke ruang ganti. Kemenangan telak ( 3-1 ) untuk kelas XI.3 VS XI.5. Selang tujuh menit, Heiji sudah rapi dengan baju seragam OSIS nya. Kemudian dia bergegas menuju kelasnya dan bergabung dengan dengan anak-anak yang lain.

“Hai . . . guys, lagi pada ngumpul yach?! Gue ikutan donk, biar tambah seru gitu lohH !!!" Heiji nyelonong masuk kelas dengan gayanya yang selalu sok penting tetapi teman-teman selalu saja menggodanya pula dengan bercanda.
“Nggak boleh Ji', udah penuh nih . . kalau lo masih mau ikut sebaiknya lo mandi dulu dech sana, nanti baru bias ikutan kita-kita!!”
            “Iyaaa .. . lo dandan yang rapi, trus pakai dasi, topi, dan sepatu. Ntar pasti kita tungguin dech.” Ines dan Meta bergantian nerocos menggoda Heiji yang semakin tampak kebingungan.
                              “Apaan sich,, orang ingin gabung aja kok ribet banget to?? Malah melebihi peraturan undang-undang Negara kita tau?!” Heiji pun tidak kalah membela dirinya yang semakin dikeroyok oleh teman-teman ceweknya.
            Tetapi, belum lama Heiji membela diri, dia sudah dicemooh lagi oleh Cesy yang katanya sekalian pakai parfum biar tambah wangi gitu lohhH!! He .. . he . . he . .. sejurus sebagian kelas tertawa cxekikikan terutama Ines, Meta, dan Cesy.
“Sudah-sudah, jangan bercanda melulu nanti nggak selesai-selesai, udah keburu sore tuhh !! Heiji, kalau lo mau bergabung silakan duduk di sebelah Abas. Dan kalau lo tidak mau gabung ya silakan keluar saja. Sebab nanti malah akan mengganggu jalannya diskusi kita-kita." Faiz mulai berbicara diantara semua anak-anak kelas XI.3, semua anak yang ada di kelas diam seribu bahasa dan tidak ada satu patah katapun yang keluar dari mulut mereka. Secara Faiz adalah ketua kelas yang paling disegani di kelas XI.3 SMU Galaksi Unno. Karena sikapnya yang bijaksana dan tegas dalam setiap mengambil keputusan. Kemudian Heiji dengan tenang beranjak duduk di sebelah Abas tanpa ada suara sepatah katapun.
Kemudian Faiz mulai melanjutkan diskusinya tadi. Ia berbicara di depan kelas bahwa untuk mengisi liburan akhir semester ini mereka sudah sepakat akan pergi bersama-sama satu kelas. Tetapi mereka belum menentukan tempatnya, lalu Faiz memberikan kesempatan kepada temen-temen untuk mengeluarkan usulannya atau pendapatnya.
“OK!! Temen-temen yang punya usulan atau pendapat silakan angkat tangan."Heiji, Abas, dan Meta mengacungkan tangannya secara bersamaan. Kemudian Faiz menunjuk Heiji untuk berbicara lebih dulu daripada Abas dan Meta. Faiz menjadi bingung karena yang ingin mengusulkan pendapatnya, mengacungkan tangan secara bersamaan. Faiz diam sebentar, lalu dengan sikap tegas dan bijaksana ia pun menunjuk Heiji untuk berbicara duluan dan mengeluarkan pendapatnya. Karena Heiji yang terakhir datangke kelas, jadi Faiz ingin memberikan kesempatan itu kepada Heiji.
“ Heiji, kamu duluan. Apa pendapatmu?!”
Dengan segera Heiji berdiri dan mulai mengeluarkan pendapatnya kepda teman-teman sekelas yang sudah sedari tadi mengikuti diskusi.
“Bagaimana kalau kita pergi ke pantai aja, nanti dengan udara yang segar bisa sekalian untuk bakar-bakar. Misalnya, kita beli ikan laut lalu sampai di sana kita tinggal membakarna dan langsung kita makan dech . .. gimana asyik juga kan!!?”
“Eeee .. tunggu dulu, kalau rencananya seperti itu akan mamakan biaya yang nggak sedikit. Ditambah kita sekelas yang berangkat, jadi kita juga harus menyewa kendaraan yang besar juga biar semuanya muat. Kalau gue sih rencananya camping aja lagipula tempatnya juga dekat. Jadi, kita bias ngumpul-ngumpul dan senang-senang tanpa harus banyak biaya.”
Namun, Ines langsung memberi solusi dari permasalahan yang diutarakan oleh Meta. Ines belum selesai dengan usulannya, sudah ditimpali lagi dengan omongan Cesy. Cesy bilang kalau seandainya mereka jadi pergi jauh kan juga harus nyiapin inilah  . . itulah . . Terlebih lagi yang utama snack, makanan ringan, dan lain-lain. Laha kalau Cuma uang sepuluh ribu paling-paling hanya bias dapat makanan aja. Lalu masalah transportasinya / kendaraannya gimana?? Nanti biayanya makin membengkak. Kalau gue sih lebih setuju dengan usulannya Meta, yang lebih sederhana dan tapi tetap happy fun!!”
“Sebentar-sebentar, Meta . . Cesy . . kalau Cuma camping kayaknya kurang seru dech, secara tiap akhir liburan semesteran kita sudah sering camping bersama, lagipula tempat itu sudah sering juga kita kunjungi. Kita perlu suasana baru yang lebih fresh. Ya udah kalau gitu begini aja, kita pergi ke pantai sambil camping biar adil semuanya dapat. Gimana, setuju????”
Ines langsung buru-buru bilang setuju, agar tidak didahului oleh teman-temannya yang lain. Akan tetapi, Meta tetap ngotot dan teguh terhadap pendiriannya dan pendapatnya. Merta merasa kalau biaya tentang transportasi ata kendaraan yang akan dipakai masih menjadi kendala yang paling utama. Ee . . malah Meta juga meledek dengan memberi solusi jalan kaki sampai di tempat yang indah dan mempesona.
Mendengar semua itu, Heiji langsung berdiri dan mengangkat kedua tangan untuk menenangkan si Meta cerewet (panggilan Heiji untuk Meta) heiji menjelaskan kalau urusan transportasi, nanti anak-anak cowok aja yang menyiapkan. Sedangkan anak-anak cewek ya tugasnya cukup dengan menyiapkan makanan aja.
"Gimana, temen-temen . .. ukup adil bukan??!
“Kalau Cuma itu sihh, kita juga kale, masalahnya ntar kita menyewa mobil pakai biaya dari mana?!! Dari Hongkong . .!!!”Cesy berbicara sinis dan dengan nada yang mengejek
Abas yang sedari tadi hanya diam, sekarang ini mencoba menunjukkan kedermawanannya. Ia bersedia membawa mobilnya untuk rekreasi dan demi kepentingan teman-teman sekalian. Abas ikhlas membantu teman-temannya, agar bisa mengurangi anggaran biaya yang akan dikeluarkan.
“Aduh .. . Mas kalau mobilnya Cuma satu ya sama aja juga bo’ong donk!!! Paling mentok Cuma bisa diisi dengan sepuluh orang. Gimana bisa ikut semuanya, lha temen-temen kita jumlahnya empat puluh orang.” Meta masih saja tidak setuju dengan keputusan yang paling banyak diambil dan disetujui oleh temen-temen satu kelas.
“Iyaaaaa . .. mau ditaruh mana sisanya ?!! Apa di muka lo yang sok kecakepan itu!!! Yaaaa nggak bisa lahhh . . . Begoo bwanged sihh !!?” Cesy pun juga ikut-ikutan nimbrung manambah-nambahi kalau ia juga tidak setuju.
“ OK , , OK , , semuanya tenang. Gue sependapat dengan Abas, kita pakai mobil pribadi kita-kita aja. Gue siap kok nyediain satu mobil. Tapi syaratnya nggak pakai sopir, kita nyetir sendiri aja." Faiz mencoba menenangkan keadaan kels yang semakin larut dalam kegaduhan dan keramaian. Ia juga bersedia untuk menyediakan salah satu mobilnya untuk acara liburan tersebut. Tetapi, dibalik itu ia punya satu syarat yaitu mobil yang dibawa harus disetir sendiri dan tida boleh pakai sopir. Karena nanti kalau pakai jasa sopir akan menambah anggaran biaya dan juga tidak bisa hidup mndiri. Secara, rencana utamanya kan liburan ke pantai dan sekalian camping dan hal itu sangat penting untuk melatih kemandirian.
Heiji yang melihat semua kejadian di depan kelas, tidak mau ketinggalan ia juga mengusulkan untuk memakai mobilnya yang sering dibawanya pergi dan pulang sekolah. Dan pendapatnya pasti akan langsung disetujui oleh Faiz sang ketua kelas, sebab Heiji tidak pakai sopir melainkan mengendarai mobilnya sendiri. Tetapi di lain pihak Ines masih bingung, karena ia juga ingin membantu teman-teman dengan membawa salah satu mobilnya yang sering digunakan antar-jemput Ines di sekolahan. Namun, sayang Ines harus membawa sopir karena ia belum mempunyai SIM. Faiz pasti akan terang-terangan menolak Ines mentah-mentah.
“Itu masalah gampang, nanti gue ajak temen gue yang bisa nyetir mobil Nes, gimana lo setuju nggak Nes?!” Tidak lama kemudian Heiji memberi solusi kepada Ines yang sedang merasa ragu dan bimbang. Tanpa berpikir panjang Ines langsung setuju dengan usulan Heiji. Tetapi, sebelumnya Ines juga harus minta ijin dulu sama mama dan papanya. Secara, ia kan anak manja. Jadi, harus dikawal oleh sopirnya.
“OK, semuanya sudah beres. Sekarang tinggal Meta sama Cesy. Kalian
bagaimana, setuju apa tidak??!” Faiz melihat ke arah Meta dan Cesy. Kemudian Meta dan Cesy hanya menganggukkan kepala, tanda setuju dengan keputusan tersebut. Setelah Faiz bertanya kepada Meta dan Cesy, kemudian Faiz juga bertanya pada teman-teman sekelas untuk mendapat kepastian bahwa mereka semua setuju dengan rekreasi ke pantai dan sekaligus camping. Seusai Faiz bertanya secara serentak dan kompak mereka berkata SETEJUUUUUU . . . . .
            Hari sudah sore jam sudah menunjuk pukul 17.00 WIB, lalu mereka pulang ke rumah masing-masing dan diskusinya pun dilanjutkan besoknya. Yaitu waktu pulang sekolah di waktu yang sama dan tempat yang sama pula.

*     *    *
            Besoknya mereka pun kembali berkumpul untuk membahas diskusi kemarin yang belum tuntas. Rencana pun disusun secara mendetail dan terperinci pertama Faiz menanyakan kepada Ines. Bagaimana dengan mobilnya yang akan dipakai dalam acara rekreasi kelas. Lalu, Ines menjawab dengan gayanya yang sok anak manja. Ia mengatakan kapan waktu berangkatnya, karena nanti segala perlengkapan mobil akan disiapin semua oleh sopirnya.
            Yang kedua, Faiz harus bertanya kepada Heiji tentang kesanggupan teman Heiji yang bisa nyetir dan mau diajak rekreasi ke pantai sekaligus camping di sana. Heiji yang ditanya Faiz langsung berdiri sambil mengacungkan jempolnya ke arah Faiz yang menandakan bahwa semuanya sudah siap dan beres. Tinggal menunggu kepastian kapan waktunya aja.
            Setelah masalah transportasi selesai, Faiz langsung melanjutkan ke urusan dana dan snacknya. Untuk itu diperlukan seorang bendahara dan seorang seksi konsumsi. Tidak lama kemudian, Faiz langsung menunjuk Meta dan Cesy sebagai bendahara dan seksi konsumsi. Faiz melakukan hal tersebut, agar semuanya dapat berjalan dengan mudah dan lancar.
“Emmm , , semuanya sudah beres. Gimana kalau waktunya seminggu setelah liburan, tepatnya hari sabtu. Kita kumpul di depan gerbang sekolah SMA Galaksi Unno jam 06.00 WIB. Ingat, nggak boleh sampai ada yang terlambat.OK!!!!” Faiz berkata dengan tegas dan berwibawa.
“OK ,, ,  bozz . . . . . “ Semua anak di kelas berteriak dengan kompak.

*      *      *

            Pukul 05.30 WIB, gerbang SMA Galaksi Unno sudah dipadati oleh siswa-siswa kelas XI.3 yang akan rekreasi dan camping di pantai Teluk Awur. Semua sibuk dengan barang-barang yang di bawanya. Sampai Faiz sang ketua kelas berbicara di hadapan mereka semua.
“Semuanya sudah berkumpul. Baik, sekarang akan diabsen lebih dulu agar tau siapa yang belum datang, karena kurang sepuluh menit lagi kita akan berangkat. Siapkan barang-barang kalian agar tidak ada yang sampai ketinggalan.”
Namun, selang beberapa waktu Meta menghampiri Faiz yang sedang berbicara di depan anak-anak kelas XI.3. meta mengatakan kepada Faiz kalau yang belum hadir hanya tinggal Ines dan Heiji. Kemudian Meta pun menyarankan Faiz untuk menelepon Ines dan Heiji, siapa tahu mereka sudah ada dalam perjalanan.
             “OK!! Gue akan coba hubungin Ines dulu 085290000929.”Faiz memencet tombol HP-nya, sambil mengeja nomornya untuk memastikan lagi agar tidak salah.
"TUUUUUUUT . .TUUUUUUUUTT .. . KLEK!!! Bunyi telepon diangkat.
Di rumahnya, Ines sedang mengangkat ponselnya dan mulai berbicara.          “Hallo . . assalamualaikum” suara Ines terdengar begitu merdu.
            “Nes ,, ini gue Faiz . . lo sekarang lagi ada di mana?! Di sini teman-teman sudah pada nungguin karena sepuluh menit lagi kita-kita akan segera berangkat. Tinggal lo sama Heiji.” Faiz menjelaskan pada Ines yang nggak muncul-muncul batang hidungnya dari tadi. Ines pun menjawab dan tak kalah dengan penjelasan sang ketua kelas Faiz Zenith. Ines menjelaskan kalau ia juga masih berada di rumahnya dan sedang menunggu seorang Heiji Daroichie dan seorang temannya lagi yang mau menyetir mobilnya. Setelah menjelaskan, Ines kemudian menyudahi pembicaraan dan menutup telepon dariFaiz.
            Kemudian Faiz melanjutkan dengan menelepon Heiji .. . Heiji . .. Heiji . . Faiz mencari-cari dan memencet huruf H pada nama Heiji di dalam daftar inbox di ponselnya.
“ Ji’, lo lagi di mana to ?! Ines udah nungguin lo dari tai di rumahnya lhoooooo, lo cepetan dikit ya Ji’.”
“Iyaaaaaa , , Iyaaaaaa , , ini gue juga udah sampai di depan gerbang rumahnya nes kok. He .. he.. he.. maaf ya Iz, tadi gue bangun kesiangan. Habis tadi malam gue nonton sepak bola liga Italy AC Milan VS Juventus  ( 2-1 ). Huhh . . seru banget dech Iz, sampai-sampai gue lupa tidur dan luap kalau besoknya gue juga harus nyetir mobil sampai ke Pantai Teluk Awur.”
Setelah itu, Faiz juga meminta Heiji supaya cepat datang ke sekolah, karena mereka akan berangkat dalam waktu lima menit lagi.

*      *     *

            Lima menit kemudian, setelah Faiz menelepon Ines dan Heiji, Faiz segera berbicara didepan teman-teman sekelas dengan sikap yang penuh bijaksana dan adil.
"Baiklah teman-teman, sekarang seharusnya sudah waktunya kita untuk berangkat.   Akan tetapi, teman kita yang membawa mobil yaitu Ines dan Heiji belum juga kelihatan. Kita tunggu mereka sebentar lagi. OK!!”
Namun, ada beberapa anak yang mengeluh, karena terlalu lama menunggu Ines dan Heiji. Ada yang komentar seenaknya sendiri dan ada yang membentak Faiz sampai-sampai Faiz juga sudah hilang kontrol.
"Iya…….iya………gue janji!! Lima belas menit lagi kita akan berangkat. Apa kalau enggak kalian berangkat duluan aja. Lagipula mobilnya masih kurang dua dan sekarang lo maunya kayak gimana???!!” Faiz berkata dengan keras dan mulai jengkel, lalu Abas menghampiri Fais dan mencoba menenangkannya. Seketika itu, semua yang berada di depan gerbang sekolah SMA Galaksi Unno diam membisu.
Abas berusaha menenangkan Faiz seraya memegang pundaknya. Suasana hening tersebut mulai mereda setelah Meta berteriak kepada Faiz kalau mobil Heiji dan Ines sudah sampai. Spontan Faiz celingukan kanan-kiri mencari kedua mobil tersebut.
“Hei bos…………………..!!! maaf ya , tadi gue tiba-tiba ga di sangka-sangka kebelet pengen pipis, jadi ya…….?? Agak lama dikit di rumahnya Ines. Rencananya sih mau langsung berangkat gitu, e………….malah disuguhi minuman, makanan. Dan lain-lainya lah………….!!! Jadi ya duduk-duduk bentar.he…………………. nggak pa pa kan???
“Kebanyakan alas an lo!!!! Yaudah, sekarang teman-teman masuk mobil. Sebentar lagi kita akan berangkat. Sebelum kita berangkat periksa dulu dweh………….barang-barang kalian tar ada yang ketinggalan lagi!!!!”
“Dah nggak ada yang ketinggalan kan??”Tanya Heiji sambil mengajak teman-teman masuk kedalam mobil!!
            Faiz dan teman-teman pun masuk kedalam mobil yang mereka tumpangi masing-masing. Selama di perjalanan mereka tertawa, dan bercanda ria dan melupakan kejadian tadi. Yang telah membuat mereka menunggu lama hanya karena seorang Heiji. Setelah puas bercanda tidak terasa mereka telah sampai di Pantai Teluk Awur. Sesempainya disana mereka turun dari mobil masing-masing dan segara lari menuju pantai dan berbasah-basah ria.
“Ih……….apa apaan sih basah tau!!! Kan bajuku jadi basah!!! Kotor kan???” kata Ines manja.
“Ah centil lu………….namana juga di pantai ya mesti basah lah………..!!!”
            Akhirya mereka pun bersenang-senang sampai matahari matahari tidak memampakkan sinarnya lagi.

Cerpen "DILEMA SASHA"


       KRIIIING . . . .!!!” JAM BEKER Sasha berdering keras sekali. Tangan Sasha meraba-raba meja untuk mematikan jam beker tersebut. Namun, sesaat Sasha menatap jam langsung dia melompat bangun dari tidurnya.
       OHh . . nooo!!” Sasha menjerit dan mulutnya menganga ketika melihat jarum jam menunjuk angka 06.30 WIB. Tanpa merapikan tempat tidurnya, Sasha langsung bergegas mandi dan siap-siap untuk berangkat sekolah. Sasha tidak bisa membayangkan hari ini jam pertama  adalah pelajaran Akuntansi yang diampu oleh Bu Aina. Padahal Bu Aina paling tidak bisa memaafkan siswa yang terlambat datang ke kelasnya.
       Sepuluh menit kemudian Sasha keluar dari kamar, sudah rapi dan siap untuk berangkat ke sekolah. Pintu kamarnya dibiarkan terbuka dan isi kamaryna sudah seperti gudang saja alias berantakan sekali. Sasha berlari menuruni tangga dan bergegas menuju garasi untuk mengambil motornya, tetapi ketika dia melewati meja makan Mamanya tiba-tiba berseru kepadanya.
       ”Sasha . . sarapan dulu, nanti sakit lho??”
       ”Nggak usah dech maaaaa . . . Sasha lagi buru-buru nih, udah mau terlambat?! Manalagi jam pertama Akuntansi dan aduuuHH, Sasha juga belum ngerjain tugasnya lagi!!!”
       ” Memangnya siapa yang suruh tadi malam kamu nonton sepak bola sampai larut malam!!! Apa itu namanya Mila . . mila . .!?” kata Mama menggoda.
       ”AC Milan ,, ma . . ma . ..?? Berdebatnya dilanjutin nanti aja yaa mamaku sayang?? Sekarang Sasha tuh lagi buru-buru banget!!” Sasha berkata dengan sabar.
       ”Kalau kamu nggak mau makan, uang saku kamu bulan depan Mama potong 50% supaya kamu nggak bisa jajan di luar,” ancam Mama.
       ”Iyaa .. . iyaaa . . Sasha sarapan.” Kemudian Sasha duduk di meja makan, minum susu lalu makan roti dengan secepat kilat. Sasha menuruti kemauan Mama karena biar bisa cepat berangkat sekolah. Selesai makan Sasha mencium tangan Mama, lalu menuju garasi dan langsung naik motornya. Mama memngikuti dari belakang.
       ”Hati-hati yaa sayang . .. semoga nanti nggak dimarahi sama Bu Aina?!” kata Mama terdengar sayup-sayup di telinga Sasha, sebab motor Sasha sudah melaju ke jalan raya.
       Sasha hanya butuh waktu sepuluh menit untuk sampai di SMA Galaksi Unno. Jarak rumah Sasha ke sekolah biasanya menghabiskan waktu lima belas menit, lumayan jauh juga. Tetapi hal itu tidak jadi masalah baginya, karena dia kan pembalap jadi bisa menghemat waktu lima menit paling tidak.
*     *    *
       Sasha melaju dengan kecepatan tinggi, sambil mengendarai dia melirik jam tangannya yang sedang menunjukkan angka 06.45 WIB. Masih aman sebab pelajaran pertama pasti belum dimulai. Sasha yakin bahwa lima menit kemudian dia pasti sudah sampai di sekolahan dan dia sudah duduk manis sebelum Bu Aina masuk kelas. Karena mungkin hanya itu jalan satu-satunya untuk menghindari debat dengan Bu Aina. Bu Aina itu sifatnya sama dengan Mama, yach secara mereka dulunya kan teman dekat se-SMA. Kalau sudah berbicara tidak mau kalah dengan orang yang sedang diajak berbicara.
       Eeee . . kenapa malah jalan pikiran Sasha jadi kemana-mana. Harusnya Sasha tetap fokus sama motornya yang sedang dikendarainya dengan kecepatan tinggi. Dan Sasha baru sadar dari lamunannya ketika motornya sedang melaju di tikungan tajam. Tiba-tiba ada seorang anak kecil yang mau menyeberang jalan, lalu Sasha spontan membunyikan klakson panjang. Si anak sudah minggir, tetapi malah lari ke arah lain dan motor lain sedang menuju ka arahnya.
       Sepertinya motor tersebut pengendaranya tidak sadar kalau di depannya ada seorang anak kecil sedang menyeberang jalan. Kemudian Sasha ganti mengklakson motor yang melaju itu sampai beberapa kali, dan motornya baru sadar ketika si anak sudah di depan matanya. Lalu cepat-cepat dia membelokkan motornya ke arah lain, tatapi malah bertabrakan dengan motor Sasha.
       ”GUBRAKKK . .. !!!” motor Sasha dan motor tersebut saling bertabrakan dan dua-duanya juga jatuh dari motor masing-masing, tetapi tidak sampai parah. Mungkin hanya lecet-lecet sedikit dibagian lutut sampai kaki, dan siku kanan Sasha tergores luka memerah. Kelihatannya pengendara motor itu satu sekolah dengan Sasha, karena seragam yang dipakainya sama dengan seragam yang dipakai oleh Sasha. Bedanya orang tersebut memakai jaket, jadi tidak kelihatan kalau dia sedang memakai seragam sekolah SMA Galaksi Unno. Kemudian orang tersebut menghampiri Sasha dan ingin menolongnya. Padahal dia sendiri juga masih merasa kesakitan akibat jatuh tadi.
       ”Maaf . .. maaf . . mbak,, saya akan ganti rugi kok?!!” kata orang itu dengan tulus seraya menyerahkan kartu namanya dan sekaligus melepas helmnya. Sasha membuka sedikit helmnya dan langsung marah-marah, karena ternyata orang yang menabraknya, sehingga Sasha harus jatuh yang tak terduga itu adalah Enda Sebastian. Dia adalah teman sekelas Sasha yang terkenal anak ugal-ugalan tetapi juga cerdas dalam semua pelajaran, terutama pelajaran Bahasa Inggris yang paling disukainya.
       ”Ohhhh .. .. jadi kamu to yang nabrak aku sampai jatuh!!! Heehh ,, , kalau naik motor itu harus penuh konsentrasi, jangan Cuma melamun doank dong??! Dasar lo dong- dong sih otaknya. Masa nggak tau sih kalau ada anak kecil yang sedang menyeberang jalan!!” kata Sasha  dengan nada jengkel.
       ”Kamu tau nggak sihh, gara-gara kamu tuh aku bisa terlambat masuk kelas Bu Aina. Dan aku juga belum sempat ngerjain tugas Akuntansi. Kamu pasti tau donk apa akibatnya ntar??? Nggak bisa ngebayangin dehh, nanti kayak apa. Sekarang gimana aku bisa berangkat sekolah, motor aja sudah rusak mau naik apa ntar??! Sasha nerocos terus tanpa jeda, titik, dan koma. Sedangkan Enda hanya diam mendengarkan perkataan Sasha dan menunggu Sasha sampai selesai bicaranya.
       ”Sekarang jawab Enda Sebastian . .. kenapa hanya diam saja?!!” Sasha bertanya pada Enda dengan menyebutkan nama lengkapnya.
       ”SUDAHHHH bicaranya .. . tadi aku kan sudah bilang, kalau aku bersedia ganti rugi. Semuanya aku yang tanggung termasuk diri kamu, ehh . .  maksudnya luka-luka kamu. Terus kenapa kamu nerocos nggak berhenti-berhenti!! Cuma buang-buang waktu dan habisin tenaga aku aja!?!” Enda menjelaskan dengan sindiran terhadap Sasha.
       ”Apa kamu bilang!!?” Sasha melotot tajam.
       ”Udahhh . .. gini aja kalau begitu, motor aku kan masih bisa dipakai dan nggak parah-parah banget. Tetapi kalau motor kamu kan stangnya sudah bengkok selebar 30’ derajat, secara kan kamu cewek, jadi susah kalau masih memaksa untuk mengendarainya. Jadi . ..” belum sempat Enda selesai dengan susunan kata- katanya, dia sudah dipotong oleh Sasha.
       ”Udah dehh . . nggak usah berbelit-belit mendingan kamu TO THE POINT  aja dech!!! Sekarang kamu maunya gimana??!” tanya Sasha.
      ”OK .. . motor kamu akan aku anterin ke bengkel terdekat untuk diperbaiki nanti kalau sudah diperbaiki akan aku anterin ke rumah kamu dech udah tenang aja aku nggak akan ngilang kok, secara kan kita satu sekolah. Jadi, kamu nggak usah khawatir kalau motornya aku bawa lari. Kalau seandainya itu terjadi, kamu boleh lapor polisi dan jeblosin aku ke penjara. Gimana aku cukup meyakinkan bukan??! Sekarang kamu boncengan sama aku sampai ke sekolah, gimana . . cukup praktis bukan??” tawar Enda.
      ”Sasha melirik jam tangannya menunjukkan angka 07.00 WIB. Masih ada kesempatan masuk kelas Bu Aina meskipun sudah agak terlambat. Sasha berpikir, lima menit ditambah sampai sekolah perlu kurang lebih dua menit. Jadi, jumlah keterlambatan sampai di kelas Bu Aina sekitar tujuh menit.
       ”Iya . ..!!” kata Sasha dengan berat dan terpaksa.
       Entah kenapa Sasha bisa akur dan berboncengan dengan Enda. Padahal kalau di kelas mereka itu tiada hari tanpa ada selisih dan bertengkar. Dan hal itu sudah menjadi makanan sehari-hari mereka. Sasha juga tidak bisa membayangkan kalau anak-anak sampai tau, pasti mereka akan menyoraki dengan ramai dan gaduh atau mungkin juga seluruh isi Galaksi Unno akan runtuh berkeping-keping tak berbekas.
*     *     *
       Persis dengan semua perkiraan dan hitungan Sasha, karena mereka sampai di tempat parkir sekolah SMA Galaksi Unno tepat pukul 07.07 WIB. Kemudian mereka berdua bergegas lari dan memanjat pagar gerbang sekolah yang dekat dengan lapangan. Hal tersebut terpaksa mereka lakukan, karena kalau seandainya lewat gerbang depan pasti sudah dicegat oleh Pak Satpam sekolah dan urusannya akan lebih panjang. Jadi yachhhhhhh . . . terpaksa, hanya memanjat adalah cara satu-satunya yang paling efektif dan efisien untuk dilakukan dalam keadaan darurat seperti saat ini.
       Tidak heran jika Enda dan Sasha berbuat senekad itu, karena mereka adalah siswa-siswi yang terkenal sangat bandel, nakal, suka tantangan, dan juga cerdas di SMA Galaksi Unno. Hal itulah yang membuat guru-guru Galaksi Unno sangat hafal dan akrab dengan mereka berdua. Meskipun di dalam kelas berdebat habis-habisan tetapi ketika di luar kelas mereka sangat dekat seperti teman mereka sendiri.
       ”Tok . . tok .. . tok!!!” Sasha mengetuk pintu kelas XII IPS 2, dimana Bu Aina sedang mengajar Akuntansi. Setelah mengetuk pintu Sasha dan Enda langsung masuk kelas menghadap Bu Aina untuk meminta maaf atas keterlambatan mereka serta menjelaskan alasan mereka datang terlambat. Mereka sangat berharap Bu Aina akan langsung menyuruh duduk, dan melanjutkan pelajarannya.
       Sepertinya hari ini Bu Aina sedang berbaik hati, beliau menyuruh Enda dan Sasha duduk di bangku masing-masing tanpa syarat apapun. Sasha masih tidak percaya begitu juga dengan Enda. Namun, kemudian Bu Aina berdiri di depan kelas dan berbicara sangat keras.
       ”Baiklah anak-anak ,, , kita lanjutkan pelajaran kita pada pagi hari ini. Maaf . . . . . tadi ada gangguan sedikit dan sepertinya ada teman kita yang janjian untuk datang terlambat. Sekarang ayo dikumpulkan tugasnya kemudian kita akan bahas bersama-sama.”
       ”Haaa .. . haaaa . . huuu , ,, hu , , !!!!” semua anak berteriak, entah mungkin menertawakan Sasha dan Enda entah tentang tugas yang harus dikumpulkan.
       ”Yang tidak bawa atau yang tidak mengerjakan tugas silakan untuk maju ke depan sekarang juga, TITIK. Dan ibu tidak menerima alasan apapun kalau yang tidak mengerjakan, sebagai konsekuensinya ibu akan memberikan hukuman terberat yang pernah ada di sekolah Galaksi Unno.” tegas Bu Aina.
       Mendengar kata-kata Bu Aina, Sasha seperti disambar petir di siang bolong. Dia baru ingat kalau dia belum mengerjakan tugas akuntansi sama sekali. Maka dengan langkah gontai Sasha maju ke depan kelas. Ternyata di depan kelas Cuma ada Sasha dan Enda yang tidak mengerjakan tugas.
       ”Ooo. .. jadi kalian lagi yang buat masalah?!! Tadi yang datang terlambat dan apapun alasannya sudah saya toleransi. Tetapi mengapa kalian tidak mengerjakan tugas!!? Kesalahan kalian sudah fatal dan sudah tidak ada keringanan lagi.” bentak Bu Aina pada mereka.
       ”Sekarang kalian berdiri di pojok pintu kelas sampai jam pelajaran Akuntansi selesai. Itu hukuman supaya kalian jera dan bisa mengubah sikap. Kalau saya suruh kalian mengerjakan soal, itu terlalu mudah, karena saya tahu kalian akan dengan mudah mengerjakan soal-soal itu dengan sekali gores, dan pasti kalian akan cepat selesai dengan waktu tidak lebih dari satu menit. Nanti pas istirahat kalian temui saya di kantor guru.” tambah Bu Aina.
       ”Iyaaaaaa . . . Bu!!!” jawab mereka serentak.
       Selama jam pelajaran Akuntansi berlangsung, Enda dan Sasha hanya menikmati hukuman mereka dengan berdiri dan diam. Sebab kalau salah satu dari mereka ada yang berbicara, Bu Aina tidak segan-segan memberikan hukuman yang lebih berat. Sasha menatap lantai kosong dengan hampa, dia merenungkan kejadian-kejadian yang tadi terjadi dari mulai bangun tidur sampai pada saat sekarang ini. Pertama, Sasha bangun kesiangan akibat nonton sepak bola sampai larut malam. Kedua, pas lagi buru-buru berangkat sekolah, Mama malah ngajakin berdebat. Ketiga, di jalan raya nggak sengaja tabrakan dengan Enda. Dan yang terakhir mendapat hukuman dari Bu Aina yang super galak se-Galaksi Unno. Sasha pun bertekad tidak akan mau mengulagi kesalahan yang sama.

       Hari ini memang hari yang sangat menjengkelkan dan sangat melelahkan bagi Sasha Ayudia.
*  *  *