PERASAANKU
Gundah kurasakan heningnya malam
ini
Yang tertinggal hanyalah
Sunyi sepi yang tak berbekas
Hembusan angin membelai mahkotaku
Tak terasa dinginya malam menusuk
tulangku
Akupun duduk termenung
Kutatap langit, namun hampa yang kurasa
Sampai datang puing-puing kerinduan yang menghantam
Ingin sekali kuberlari, berlari . .
Dan terus berlari
Sampai kutemukan secuil harapan
Hanya untuk sederet kata yang tak berarti
Ingin sekali aku ungkapkan
Namun sangat sulit tuk diucapkan
Maaf . . . . . . . . .
KEOPTIMISAN
TUK TERUS MAJU
Tak gentar aku
tuk maju
Tak takut
terseret besarnya gulungan ombak
Segala permasalahan
aku lalui
Meskipun
gundukan-gundukan keras
Selalu menghadang
Aku selalu maju
lurus ke depan
Hingga kutemukan
jati diriku yang sesungguhnya,
Embun pagi yang
menyejukan relung hatiku
Sang raja siang
yang menyengat tubuhku
Hembusan angin
malam
Yang membelai
lembut kulitku
Di tengah-tengah
doa malam
Aku tidak mungkin
mundur
Aku optimis tuk
terus maju demi cita-citaku
Cemooh orang yang
terkadang
Mengiris-iris
sebagian hati kecilku
Tak ku hiraukan meski
teramat sakit
Demi membawa
derajat diri
Aku rela menahan
amarah
Amarah yang telah
bergejolak dalam hatiku
Hanya tuk
mewujudkan impian yang selalu aku damba
Aku ingin berguna
bagi negeri tercinta
Negeri yang
selama ini aku banggakan
Aku ingin menjadi
pahlawan tanpa tanda jasa
Yang mendidik
generasi penerus bangsa
Inilah aku calon
seorang guru
“PAHLAWAN TANPA
TANDA JASA”
CORETAN PUISI
Tiada kata yang dapat kulukis
Sejauh bingkai kanvas memandang
Ingin kutulis sebuah puisi
Namun itu hanya angan belaka
Pikirku melayang entah kemana
Semua bayangan tak sanggup kucerna
Akupun merasa hampa
Maka kutulis apa yang kurasa
Mungkin puisi ini dapat mewakili
Segenap hati yang terdalam
Hanya lewat puisi ini aku dapat curahkan segalanya
Untukmu di sini dan di jantung ini
Takkan bisa aku lupakan semua tentangmu
Semua yang telah kau torehkan
Keceriaan bahkan kebencian
Mengisi sepersekian relung jiwaku
DIAM
Saat diriku terpuruk lemas
Pikirku pun melayang
Seakan tubuh ini tak lagi berdaya
Hanya kekacauan datang melanda
Cemas menyelimuti otak
Lelah menggerogoti sebagian tubuh
Tanpa ada celah tuk bernapas
Aku pun diam terpaku
Tak sepatah kata pun keluar
Bibir manis ini tetap membeku
Dingin sedingin es kutub utara
Seibu bahasa telah siap mengadu
Tabir kegelapan meronta
Pencarian pun akan semakin sulit
Kompromi tak lagi berguna
Tetapi sosok penerangan akan selalu datang melingkupi
KAMPUSKU
Kutatap gedung kokoh berdiri
Hamparan tanah hijau memyilaukan diri
Pohon-pohon menjulang tinggi tujuh meter
Menambah keteduhan para mahasiswa
Yang sedang duduk bersantai di bawahnya
Hilir mudik dan lalu lalang mahasiswa
Hendak mencari ruang perkuliahan
Menjadikan suasana kampus lebih hidup
Mataku pun terasa sejuk tanpa redup
Masuk ruang penuh sesak
Tak mengendurkan semangatku
Untuk tetap menuntut ilmu
Menyongsong masa depan cerah
Dikampus tercintaku ini
AYAH
Ayah . . . . . . .
Kau begitu sempurna
Dihati kami engkau sangat mulia
Kau pertaruhkan sebagian hidupmu
Untuk menghidupu keluargamu
Siang malam kau bekerja tanpa lelah
Bertahan sekuat dan sepenuh hati
Menanggung semua beban
Demi menerangi kehidupan kami
Di tengah-tengah dinginya dunia
Kau tetap berjuang hingga ujung waktu
Menikmati sejenak keindahan dan kesenangan
Namun, tak sedikit pun kau mengeluh
Bagi kami kau bagaikan seorang raja
Yang selalu melindungi kami dari segala ancaman
Ketulusan hatimu menjadikan segalanya indah
Kau adalah anugerah terindah yang akan selalu kami cintai
IBU
Curahan segenap cinta tlah kau berikan
Segumpal darah menetes menjadikan kau begitu kuat
Seakan maut pun tak berani mendekat
Kau pertaruhkan nyawa antara hidup dan mati
Hanya ‘tuk satu nafas kehidupan baru putrimu
Dikala kusakit kau selalu memanjakanku
Dengan penuh kasih sayang
Kau belai rambutku
Dan menimangku dalam buaian mimpi
Kini aku bukan kanak lagi
Inginku membalas jasamu
Aku akan membahagiakanmu
Namun, apa yang bisa kuberikan padamu?
Harta paling berharga sejagad raya pun
Tak dapat menandingi kebaikanmu
Yang dapat kuberikan padamu hanyalah
Segenap cinta dan sepenuh pengabdianku
Itupun hanya secuil dari semua pengorbananku
Ibu . . . . . . . . .
Doamu akan selalu menyertaiku
GURUKU
Kau kayuh sepeda tiap pagi
Keluh kesah tak kau hiraukan
Keringat mengucur membasahi sebagian tubuhmu
Demi kami mendapat ilmu
Panasnya terik matahari
Derasnya hujan mengguyur
Kencangnya angin debu beterbangan
Itu pun tak mengurungkan niatmu
Tuk besua dengan kami di kelas
Jasamu laksana batu karang
Yang akan tetap kokoh berdiri
Meskipun badai ombak terus menerjang
Pengorbananmu takkan pernah kami lupakan
Wahai pahlawanku
TOLONG AKU
Aku sudah bosan
Keributan datang bertubi-tubi
Semakin lama semakin membengkak
Racun menusuk sukma
Hancur berkeping-keping
Aku muak dengan semua ini
Semua orang hanya menjunjung tinggi
Kemewahan, jabatan, kehormatan
Semua itu hanyalah
“TOPENG”
Masih adakah jalan untukku?
Jalan yang menuntunku
Membimbingku
Mengajakku
Ke jalan yang begitu mulia
Bisakah?
Tolong aku
Aku ingin
Aku perlu
Dan aku sangat butuh
PAGI YANG CERAH
Kutatap awan yang menjulang tinggi ke angkasa
Putih bersih tak ternoda
Mengusir awan hitam pekat yang ingin lewat
Langit biru muda ikut menemani
Lahirnya mentari mengintip dari balik singgasana
Kicau burung prenjak meramaikan suasana hati
Terbang ke sana kemari mewarnai hari
Gemericik air pancuran terdengar begitu syahdu
Membuat penghuni jagat raya tersenyum lega
Menyambut indahnya pagi yang cerah
Kuncup muda daun mangga berebut muncul
Mawar merekah harum semerbak
Jeruk ranum bergelantung siap dipetik
Setitik embun menetes jatuh di peraduan
Menambah segar panorama alam
SEPERCIK ANGAN
Seandainya aku punya sepasang sayap
Menjadi bidadari yang cantik nan anggun
Akan kulepaskan semua beban yang bersemayam
Aku terbang bebas ke angkasa luas
Awan putih dengan lembut menyambutku
Senyum manis menghias langit biru
Angin berhembus sepoi-sepoi
Mengantarkan sayapku menuju tepi
Semua mahluk bumi akan iri melihatku
Melayang dan menukik sesuka hati
Mereka hanya bisa memandangku
Sedangkan aku bisa berbuat apa saja
Aku bisa keliling dunia
Menjelajah tujuh samudra
Menembus cakrawala
Kutundukkan tujuh keajaiban dunia
Tetapi kini aku hanyalah manusia biasa
Yang tidak akan pernah puas
Apapun yang telah kuperoleh
Hanya sekadar untuk kepuasan sesaat
ANGANKU
Ribuan waktu pernah kulalui disisi hatimu
Jutaan kisah sempat terukir
Di atas nama persembahan tulus
Dari istana hatimu
Kini, aku hanya bisa merajut kenagan
Dibalik keindahan khayalku
Adakah yang salah dalam kisah ini?
Mungkin aku memang belum sanggup
Mengartikan sucinya rasa yang kau tanam
Sampai aku kehilangan jejakmu
Seperti halnya dirimu yang belum juga
Mampu menyelami dalamnya cintaku
Sebagai persembahan untuk hatimu
Mungkin kita tak lagi bersanding,
Biarlah kenagan ini menjadi kenangan manis
Demi kelanjutan sisa hidupku
Dan . . . . . . . .
Jika aku masih boleh aku memohon
“Jangan pernah lupakan aku sebelum aku melupakanmu, dan jangan pernah
lepaskan aku sebelum aku melepaskanmu”
CINTA
Cinta adalah persembahan hati
Cinta menghidupkan jiwa-jiwa yang dianggap
Orang telah mati
Cinta tak mengenal waktu
Cinta akan rela menunggu meski ternyata itu sia-sia
Karena cinta adalah do’a
Agar orang-orang
Yang diCINTAI bahagia
GEJOLAK HATI
Maaf . . . . . . . . . . . .
Jika semua sikapku membuatmu bingung
Bukan maksudku ingin seperti itu
Sebenarnya aku juga bingung
Aku merasakan benci terhadapmu
Namun. Selalu ada rindu yang terus mengahantam
Aku bilang tak ada apa-apa
Tetapi, di dada ini ingin sekali kuberteriak
Serasa hati ini terus saja bergejolak
Kenapa harus seperti ini, kenapa???
Di sini tidak ada yang salah dan benar
Meski selalu kucoba tuk lepaskanmu
Tetapi hatimu selalu kembali menarikku
Aku heran dengan semua itu
Sebelumnya aku pun belum pernah
Merasakan yang seperti ini
Apa arti dari semua ini?
MUTIARA KASIH
Seberkas titik cahaya kasih
Tak seperti awan kelabu
Tetesan air kehidupan
Mengalir lembut dalam kalbu
Mutiara kasih terpencar
Dari sudut kelopak mata memandang
Kuraih segalanya
Sampai tak ada bekas sisa
KETIKA CINTA DATANG
Ketika senja dating menghadang
Dan matahari mulai tampak tenggelam
Aku masih saja memikirkanmu
Lintas pikiranku pun tertuju padamu
Tercipta satu tatapan aneh
Menjeratku diam dalam pelukan
Takkan hilang dimakan kegelisahan
Takkan lenyap ditelan lelah
Di sini bayangmu terus saja melanda
Masih kucoba ‘tuk menapaki
Ruang rindu yang hampa
Masih terpendam di dasar palung hati
GALAKSI UNNO
Tatkala dinginnya malam datang melanda
Suara jangkrik terdengar begitu syahdu
Lirih tak selirih hembusan nafasmu
Dekapanmu membuat jantungku berdetak
Kini hatiku terasa gundah
Menanti yang tak kunjung datang
Hari-hari semakin berlalu
Namun rasa rindu ini terus saja menggema
Di balik awan hitam pekat
Aku hanya ingin menatap wajah cerahmu
Meski bulan dan bintang berbisik
Galaksi Unno masih sempat tersenyum padaku
NGARAI RINDUMU
Sampai sekian detik bermunculan
Aku masih memilin angina yang tak beraturan
Ngarai rindu yang engkau tebarkan
Masih tetap tertutup kabut hitam
Sementara . . . . . .
Di sini kakiku tak berhenti gemetar
Menilas bekas jejakmu di sana
Tak ampun lagi kuberlari mengejar
Ingin kugapai ngarai rindumu
Namun, semua telah habis dimakan waktu
Apakah ini hanya baying-ayang semata?
Tetapi mengapa engkau tampak begitu nyata?
Ruang rinduku terasa kosong
Hanya engkau yang bisa mengetuk
Bayanganmu terus saja memantuk di dinding batu
Menyusup dan merasuk dalam bawah alamku
Kau cipta sebuah nagarai rindu
dalam sepi
KEKASIH
HATI
Ucapkanlah selamat malam untukku
Agar pagi yang cerah menanti
bangunku
Ucapkanlah selamat tidur untukku
Agar mimpi indah datang
menghampiriku
Berdoalah untuk menjaga tidurku
Lelapkanlah aku dengan sepercik
senyummu
Belalailah aku dengan sentuhanmu
Dan tetaplah berada disampingku
Karena kau adalah belahan jiwaku,
Pujaan hatku, dambaanku,
Dan separuh nafas jiwaku
Yang telah mengisi hari-hariku
HUJAN
LANGIT BIRU
Dari sini aku datang
Hanya duduk termenung menatapmu
Ingin kuraih namun hampa adanya
Yang ada jauh, jauh sekali
Kau tumpahkan air matamu
Gugus demi gugus dengan lembut
Terserap di bumi pertiwi
Gemericik air begitu riang
Kini kau tampak anggun
Pelangi kau hamparkan
Tak henti-hentinya menyelimuti bumi
Hanya matahari yang dapat
menemanimu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar