Rabu, 30 April 2014

Dear Keanu Francis Egan .. . (nama pena yg kuberikan untuknya)

meski aku telah salah dengan semua ini
tapi, aku masih saja memelihara rasa ini
rasa yang seharusnya tidak terjadi
rasa yang tidak semesti na aku rasakan sampai sejauh dan sedalam ini
rasa yang tidak pantas aku sematkan untuknya
karena aku tidak cukup istimewa baginya
aku tidak cukup indah untuknya
aku tidak cukup pandai di hadapannya
aku terlalu bodoh untuk disandingkan dengannya
bahkan, ketika aku meliriknya ia tidak sedikitpun membalasnya

kini, aku kembali kepada dua bulan yang lalu
di mana aku tidak berani menatapnya terlalu lama
di mana ketika aku mencoba menatapnya
yang ada loncatan api berlarian amburadul tidak karuan
di mana aku tidak kuasa memalingkan wajah
ketika memang bertatapan yang secara tidak sengaja terjadi
dan aku sedikit gugup, ketika tanpa sengaja terjadi pembicaraan yang sangat singkat
dan aku sedikit keras kepala terhadapnya, padahal aku tidak mengerti
sifat asliku keluar tanpa bisa aku kendalikan
aku pun terlihat sangat tidak peduli dengan semuanya
namun, hati kecilku mengatakan yang sebaliknya

setelah detik, menit, jam, dan hari ini berlalu
aku kira bisa dengan mudah untuk melupakannya
karena aku sedang merasakan malu yang teramat dalam
aku kira rasa suka bisa ditutupi dengan rasa malu
namun, yang terjadi tidak sama sekali
sampai sekarang, rasa ini masih ada
dan tetap bersemayam dengan tenang dalam palung hati yang teramat dalam
akal sehatku ingin sekali membuangnya
tapi, hati nuraniku berkata lain
hati nuraniku tetap memegang erat rasa itu
bahkan terikat pekat dari pangkal sampai ujung

bagaimana ini?
bagaimana aku menjelaskan secara ilmiah?
bagaimana aku menjelaskan dengan akal sehat?
bagaimana aku menjelaskan secara kontekstual?
bagaimana aku menjelaskan dengan filsafat keilmuan?
bagaimana aku menjelaskan kepada Sensei nanti?
aku bilang hanya Sensei dan aku saja yang tahu tentang kisah ini.
aku tidak ingin orang lain tahu tentang kisah ini.
aku tidak ingin dia sampai tahu, apa yang aku rasakan selama ini.

aku harap Sensei benar-benar menepati janjinya
aku harap memang bisa melupakannya, meski itu adalah hal yang sangat mustahil aku lakukan
aku harap tidak mengingatnya lagi, meski begitu berat aku mesti tetap berusaha
aku harap bisa membencinya, agar aku bisa kembali kepada kehidupanku yang wajar dan normal
aku harap bisa menemukan seseorang yang memang aku inginkan
seseorang yang bisa mengerti dan memahami aku
seseorang yang bisa menerimaku apa adanya
seseorang yang bisa menghargai dan menghormatiku
seseorang yang membolehkan aku tetap bekerja, karena pekerjaanku adalah panggilan jiwa
seseorang yang bisa menuntunku menuju surga
seseorang yang bersedia mengajariku tentang segalanya, ketika aku tidak mengerti
seseorang yang bisa menegurku, ketika aku berbuat kesalahan
seseorang yang sabar, ketika aku belum memahami sesuatu
seseorang yang ramah kepada semua orang
seseorang yang bisa menghargai karya orang lain, apapun itu
jika tujuh dari sepuluh kriteria yang aku sebutkan bisa menjadi milikku, maka aku akan menjadi manuisa yang paling bahagia di muka bumi, galaksi bima sakti ini .. .
jika ada seseorang yang dengan ikhlas sanggup memenuhi lima dari sepuluh kriteria yang aku inginkan, maka dia adalah seseorang  yang benar-benar istimewa untukku, dan aku tidak akan menyia-nyiakannya .. .

aku harap, aku konkekuen dengan semua yang aku tulis
aku harap bisa menepati janji, ketika memang ada seseorang yang seperti itu
aku tidak boleh menjadi orang yang munafik
aku harus berani menghadapi berbagai masalah yang telah aku mulai
aku harus bisa menyelesaikan masalah yang aku timbulkan
aku harus bisa sportif
aku tidak boleh egois lagi
aku tidak boleh menjadi orang yang pengecut
aku harap bisa menegakkan kejujuran, di mana pun aku berada .. .
tulisan ini adalah salah satu contoh kejujuran yang aku buat sendiri, tanpa ada paksaan, tanpa ada kebohongan sedikitpun, dan tanpa adanya sabotase tentang semua kisah ini,
dan aku bisa pertanggungjawabkan tentang semua kisah ini baik secara kontekstual maupun secara empiris.








Dear Sensei .. .

bolehkah aku bertanya padamu?
mengapa aku bisa salah orang?
mengapa aku bisa salah kirim pesan?
mengapa hal ini bisa terjadi padaku?

apa ini hanya kebetulan belaka?
atau kah sudah direncanakan sebelum na?
aku benar-benar buta tentang semua na?
haruskah aku merasakan malu yang teramat sangat dalam sekali?

aku bahkan tidak bisa tidur mengingat semua kisah ini
harus na aku bisa sedikit tenang, karena masalah bisa ditutupi dengan salah sambung
tapi, mengapa aku semakin gundah saja
aku benar-benar sedang menertawakan kebodohanku sendiri yang telah aku perbuat

harus na setelah semua ini, aku bisa kembali hidup normal
harus na, aku bisa langsung tidur nyenyak
harus na, aku bisa bersikap biasa saja ketika di tempat kerja
tetapi, mengapa aku masih terlihat senyum-senyum sendiri

apa sebenar na yang masih mengganjal pikiranku?
apa sebenar na yang masih aku takutkan?
apa sebenar na yang aku harapkan?
apa sebenar na yang kuinginkan dari hati kecilku yang terdalam?

aku tidak tahu
aku bingung
aku merasa aneh
dan aku bahkan tidak bisa menjawab pertanyaanku sendiri

Sabtu, 26 April 2014

Catatan Kecilku



"menyukai seseorang memang bukan lagi hal yang mudah dicerna oleh akal sehat, bagi sebagian orang mungkin itu adalah hal yang sangat mudah. Akan tetapi, bagi aku itu adalah hal yang sangat aneh dan membingungkan." 

Aku tidak tahu harus memulai dari mana cerita ini, banyak orang menilai bahwa cerita ini hanya fiktif belaka.
Akan tetapi, aku mencoba untuk tetap menggeluti kisah ini, karena kisah ini memang terlalu panjang dan sedikit menguras energy.
Akupun merasa aneh dan bertanya-tanya bagaimana kisah ini bisa terjadi???
Bagaimana aku bisa bertemu dengannya?
Apakah hanya kebetulan belaka?
Ataukah memang sudah direncanakan oleh Sang Pencipta?
Bagaimana rasa ini bisa hadir begitu saja?
Dari mana datangnya?
Bahkan aku tidak mengenalnya walau hanya sedikit saja, yang aku tahu hanya nama dan pekerjaannya.
Apa ini bisa dikatakan rasa suka pada pandangan pertama?
Ah tidak, bahkan pertama ia beretorika aku tidak begitu menghiraukannya.
Sampai ia menyodorkan sesuatu padaku, dan kamipun bertatap muka walau hanya sebentar.
Saat itu terbesit sedikit dipikirku, apa ia jodohku? Namun, ketika ia kembali berada di depan, dan aku menatapnya lagi, dan pikiran itu hilang seketika, sebab jika dilihat dari gayanya, wajahnya, tutur katanya, ia mungkin sudah punya keluarga yang bahagia. Dan rasa itupun hilang !
Akupun kembali menyibukkan diri dengan bersandar pada ponsel dan tasku.

Sampai aku tahu bahwa ia adalah orang yang ingin dikenalkan oleh Omku. Saat itu juga, aku terus saja mengingatnya. Aku tidak bisa lupa dengannya. Bahkan, aku mencari sosoknya ketika ia tidak ada.
Ada apa denganku?
Tidak pernah aku rasakan suka sedalam ini.
Sebelum aku suka padanya, aku juga suka dengan dua orang temanku yang sebaya. Saat aku suka dengan dua temanku, aku tidak bertindak sebodoh ini. Bahkan sampai sekarang, dua orang temanku tidak pernah tahu bahwa aku pernah menyukai mereka berdua.
Tetapi, untuk kali ini rasa suka yang aku punya sungguh berbeda dari yang sebelumnya.
Sudah aku coba dengan berbagai cara untuk bisa melupakannya, tetapi aku terus dan terus saja mengingatnya.
Ia tak mau pergi dari pikiranku, menjauh sedikitpun juga tidak.
Ia tidak pernah menjawab sedikitpun pesanku.
Salahkah aku yang menyukainya, tetapi dengan sekuat tenaga ingin mencoba melupakannya?
Dalam diriku ada konflik yang sulit untuk dipisahkan, antara keinginan dan hati kecil.
Tidak aku ingkari, bahwa ia bukan yang aku idamkan selama ini
Bukan yang aku inginkan selama ini
Bukan kriteriaku sama sekali.
Bahkan, ia tidak sebaya denganku
Namun, tidak aku pungkiri juga bahwa hati kecil aku memang sangat menyukainya
Jika ditanya apa yang aku suka darinya?
Aku akan jawab tidak tahu.
Karena memang sampai sekarang aku tidak tahu mengapa aku bisa sangat menyukainya hingga melakukan beberapa hal yang bodoh dan sulit dicerna oleh akal sehat.
Kepada siapa aku harus bertanya?
Aku sudah coba bertanya kepada ponsel dengan mengirim beberapa pesan singkat.
Akan tetapi, ponsel itu tidak pernah membalasnya walau hanya secuil kata saja.
Dan aku terus saja mengganggunya dan mengganggunya lagi.
Tetapi ia tidak pernah marah padaku
Ia juga tidak pernah menegurku
Ia juga tidak pernah menyalahkan aku
Karena ia mungkin memang tidak peduli padaku
Meski begitu, aku masih belum bisa melupakannya
Aku masih terus saja mengingatnya
Dan aku malah semakin menyukainya
Keteguhan hatinya yang aku belum pernah tahu seperti apa, mengisyaratkan bahwa ia memang begitu istimewa.
Ia begitu istimewa bagiku, tetapi aku tidak cukup istimewa baginya.
Aku tahu hal itu, meski aku terlihat begitu kelelahan, tapi aku masih belum menyerah.

Aku lelah ketika harus berselisih dengan konflik hati nurani dan akal sehat
Aku lelah ketika harus menahan diri untuk tidak berbicara padanya
Aku lelah harus menahan diri untuk tidak bertemu dengannya
Aku lelah ketika melakukan hal-hal bodoh di luar kendaliku
Aku lelah ketika harus berkhayal dengan imajinasi tingkat dewa
Aku lelah harus bergelut dengan rasa tertekan seperti terhimpit batu
Aku lelah terus mencoba untuk tidak melihatnya ketika bersua di jalan raya
Aku lelah harus mecoba bersikap wajar, padahal yang terjadi adalah hal yang tidak wajar

Aku lelah, lelah, dan lelah … .

Dengan demikian aku memilih kata diam saja untuk meredakan gejolak dalam jiwa.
Diam menunggu ketika momen bersua itu terjadi
Diam untuk menolak berbicara ketika ia mencoba menelepon
Diam untuk mengenang segala hal yang telah terjadi
Diam untuk mengembalikan akal sehatku menjadi normal lagi
Diam untuk mencoba memahami bagaimana cara kami bertemu
Dan dalam diam itu, aku merasa semakin gila karena rasa ini tetap mengalir seperti arus sungai yang tak bisa berhenti begitu saja.

Namun, kata diam yang ada dalam keheningan telah membuat aku menjadi stress dan galau .. .
Stress karena mencoba melupakan, tetapi belum juga bisa
Stress karena merasa tertekan jika tidak mengirim pesan padanya
Stress karena bertanya-tanya, mengapa aku bisa sesuka itu terhadapnya?
Galau karena setiap hari pikiranku penuh tentangya
Galau karena harapan yang terlalu melambung tinggi
Galau ketika berpikir aku tidak akan pernah bersua dengannya
Galau ketika aku ada kesempatan, tetapi aku masih ragu
Galau ketika ingin berucap, tetapi mulut ini seperti terkunci rapat
Galau karena hal itu tak akan terjadi padaku
Galau karena semua isyarat dan bahasa yang aku punya tidak bisa membuatnya goyah sedikitpun.

Benarkah, kata pepatah jika sedang jatuh hati, seseorang akan selalu melakukan hal-hal bodoh?
Hal bodoh yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang yang terpelajar.
Hal bodoh yang semestinya tidak dilakukan oleh seorang yang beragama.
Hal bodoh yang sebaiknya tidak dilakukan oleh seorang yang mengenal hak asasi manusia.
Hal bodoh yang memang sepertinya harus dihindari oleh seorang yang berpendidikan.

Meski aku memilih kata diam, dan akupun merasa sedikit lelah, kemudian menjadikanku stress dan galau, namun daripada itu terbesit rasa syukur yang tiada terhingga .. .
Syukur karena bisa bersua denganmu, meski hanya tiga kali
Syukur pernah berbicara denganmu, meski hanya sekali
Syukur karena rasa ini hadir begitu saja, tanpa permisi
Syukur karena masih bisa merasakan rasa suka terhadap seseorang
Syukur ketika harus menyembunyikan rasa sakit dan pedih serta cemburu yang tiada tara dengan mengatakan aku tidak apa-apa

Maka dengan ini, aku putuskan bahwa aku menyukai seseorang melalui se-bait doa menjadi pilihan utama bagiku yang paling pantas aku sematkan namanya dalam sujudku.
Setidaknya ada rasa suka yang secara tulus melalui doa dalam agama yang aku yakini, menjadi lebih indah dan bermakna.
Karena memang aku dibebankan oleh rasa perih dan pedih yang senantiasa ada dalam relung jiwa dan palung kalbu.
Dan dalam doa ini, akhirnya semuanya bisa kita kembalikan kepada Sang Khalik .. .

Ikhlas .. . ikhlas .. . dan ikhlas .. .

Pada hari ini dari semua pembelajaran yang telah aku dapatkan dari perjalanan ini
Menjadikanku belajar lebih dalam apa itu ilmu ikhlas .. .
Sebuah wilayah yang dapat terbentuk ketika aku merasa cukup
Dan tidak meminta lebih dari yang aku inginkan
Wilayah ini sangat lah membuatku menjadi tidak berdaya
Di mana aku tidak memiliki kekuatan untuk membuat semua menjadi mungkin
Di mana aku tidak berani membangun sebuah pengaharapan yang indah
Di mana aku tidak bisa memintanya untuk membalas pesanku
Di mana aku tidak bisa membuatnya bergeser, walau hanya satu mili meter saja
Di mana aku tidak berani untuk mengatakan secara lisan
“Aku menyukaimu, dan aku ingin engkau menjadi milikku entah bagaimana caranya, mari kita jalani bersama dan pastikan hanya untuk kita berdua saja.”

Inilah pilihan terakhir yang kumiliki dengan segenap jiwa
Menyukai dalam keheningan dan kepasrahan
Tanpa berharap, tanpa meminta, dan tanpa memaksa
Meski sangat susah sungguh, dan hampir mustahil bagiku untuk dapat melupakannya
Semoga aku bisa .. .
Semoga aku bisa melakukannya … .

Dan hingga detik ini, aku masih menyukainya
Dan aku juga sadar, hal itu akan memberi rasa pedih yang teramat dalam
Karena bagiku, rasa sukaku lebih mudah aku keluarkan
Dan aku akan lebih susah untuk tidak mengingatnya
Dan aku lebih berat lagi untuk dapat melupakannya
Dalam perjalanan ini, yang sedikit melelahkan bagiku
Dalam diam dan keheningan
Dan tentunya dalam sebuah keikhlasan dan kepasrahan yang teramat dalam

 #Dariku yang akan selalu menyukaimu dalam diam








Selasa, 22 April 2014

Kartini – Kartini dalam Kardus



Perayaan dua puluh satu April
Itukah yang disebut sebagai hari kartini ?
Begitukah seharusnya ?
Ataukah hanya perayaan sesaat saja ?

Yang kulihat bukan seperti itu
Yang terjadi bukan seperti itu
Paras cantik nan elok tertebar
Seluruh pelosok negeri tak bertuan

Fisik memang sudah tertebak
Namun, jiwa masih terbelenggu
Kalbu masih jauh dari terang cahaya
Kian hari, makin gelap saja

Kini, semboyan itu tak lagi berkobar
Api itu makin meredup saja
Bahkan, kartini-kartini makin terpuruk saja
Mereka masih di dalam kardus yang sangat kecil

Tiada harga yang dapat diuangkan
Pelecehan makin menyebar
Tak terhitung lagi, ribuan bahkan jutaan
Jika, Kartini hidup zaman ini
Ia akan menangis terbahak-bahak
Bahkan sampai tertawa tersedu-sedu
Apa yang kartini perjuangkan
Kini, kembali pada masa sebelum ia berjuang

Minggu, 20 April 2014

Aku Tahu Itu

aku tahu, engkau begitu tinggi
dan aku juga tahu, kau begitu indah
aku pun tahu, kau begitu istimewa
engkau begitu sempurna di mataku

aku tahu, aku sangat rendah
dan aku juga tahu, aku tidak begitu indah
aku pun tahu, aku tidak cukup istimewa
aku memang bukan apa-apa di matamu

mungkin aku adalah sedikit bercak hitam
di mobil mewahmu yang berwarna putih
mungkin juga aku adalah rumput
yang mengganggu bunga indahmu di pot itu

atau aku adalah ulat buah yang ada
dalam apel merah yang ada di mejamu
ataukah aku adalah virus mematikan
dalam gadgets canggih yang kau punya

aku adalah aku
memang beginilah aku
jika aku suka, aku bilang suka
jika aku tidak suka, aku bilang tidak
sekali aku berbicara, maka itu yang aku lakukan
itu yang aku inginkan
dan itu yang aku perjuangkan

bukalah sedikit pintu hatimu, untukku !!!

dari hati yang paling dalam
terucap kata suka untukmu
telah lama kupendam dalam diam
sungguh, aku tidak bohong
tidak juga aku ingkari

waktu demi waktu berjalan
tapi dirimu, selalu di pikirku
kau dambaanku, kau pangeranku
begitu berat aku coba melupakanmu
bukalah sedikit pintu hatimu, untukku !!!

salahkah diri ini, yang coba buktikan
tampaknya hanya ini yang bisa kulakukan
mengganggumu dan mungganggumu lagi
kata hati yang tulus dan suci
sungguh, aku suka kamu

hari demi hari berlalu
tapi dirimu masih dipikirku
bayangan dirimu, bahkan tidak mau pergi
menjauh sedikitpun tidak
namun, kau tidak goyah sekalipun
tapi cobalah buka sedikit pintu hatimu, untukku !!!


Untukmu

bila aku boleh jujur
aku memang memilihnya .. .
bila aku boleh bohong
aku tidak memilihnya .. .

jika dia tidak memilihku
maka aku akan sedih
jika dia memilih orang lain
maka aku akan terbunuh

lebih baik aku terbunuh
dengan perjuangan
daripada tetap terbunuh
tanpa usaha sedikitpun

dan aku juga tahu
aku akan terbunuh juga
jadi, aku memilih malu
daripada sesal diri tiada guna

Ego itu Masih Ada

ego itu masih ada
tumbuh lekat dan dalam
bahkan berakar sampai palung
daunnya lebat dan tidak goyah
meski badai menghantam

ego itu masih berdiri tegak
bermuka sinis, bermata sipit
alis terangkat hitam pekat
pipi memerah padam
laksana api berkobar dalam dada

Sabtu, 05 April 2014

Hari Selasa, 04-03-2014 yang lalu tepat 01.20 wib

jarum jam tangan menunjuk tepat di angka 01.20 wib (jakarta). setelah tadi, sempat memejamkann mata sebentar. kini rasa kantuk tergantikan oleh rasa dingin yang mulai menusuk sampai ke ruas-ruas tulang. sedingin es batu yang tertancap pada rongga dada.
aku mulai dengan rasa
bosan
bete
penat
pekat
marah
emosi
tak karuan
kacau balau
hingga ingin banting troli yang besar itu
tapi itu tidak mungkin terjadi, karena troli itu lebih besar dari tangan saya.
maka, goyangkan saja loncengnya
biar terdera .. .
biar ramai dan mengaduh sampai gaduh
ada siput kecil yang ingin mengikuti paus mengelilingi samudra
mengapa tidak bunuh saja siput itu! biar mudah.
biar tidak ada lagi yang mengganggu
biar bebas, sebebas merpati putih
bukan merpati abu-abu
karena abu-abu adalah kelam.

Aku Bosan

kuberjalan ke samping kemudian menariku
kuberjalan ke depan kemudian bicaraku
kuberjalan ke belakang kemudian diamku
ramai, ramai, dan banyak orang lalu lalang

aku ingin diam, aku ingin sendiri
bosan aku dengan kegaduhan
dan minggir kau berisik
seperti batang yang rapuh
jika ku menyendiri

bakar saja hutannya biar gundul
biar habis kikis tak bersisa sampai terbang melayang

wow, ada setan merah sedang mengoyak gudang peluru
di dalam kandang harimau
mengapa tak panggil saja malaikat
biar mereka di neraka
ataukah aku harus ke depan
lalu balik kanan

Pada hari Senin, 03-03-2014 yang lalu tepat pukul 21.40 wib

Sedang duduk termenung ketika sedang menunggu pesawat yang hendak lepas landas.
Saat ini, sempat terlintas sebuah rasa yang tidak biasa. apalagi ini adalah kali pertama. telingaku pun agak sakit. di setiap menit, bahkan di setiap detik aku terlihat sedang memandang lalu lalang orang yang hendak masuk antrian pesawat terbang.
ada yang mendorong troli
ada banyak orang asing
ada arab, ada cina, ada eropa
ah .......................... entahlah !!!!!
dan bahkan akupun tak tahu tentang bahasanya, walau hanya sedikit saja. mereka begitu asyik dengan bahasanya sendiri. mereka juga dengan enjoy bertelepon ria tanpa menghiraukan orang yang berada disekelilingnya.dan lagi, itu adalah hal yang sah-sah saja. setiap orang memang berhak untuk dapat terjun ke dunianya sendiri. meskipun di dalam dunianya tidak ada satupun makhluk hidup yang mengetahuinya. hal itu sangat wajar adanya ... .
namun, aku tidak pernah melihat dunianya dan bahkan aku telah melihatnya berkali-kali.
aku tidak paham dunianya
aku juga tidak mengerti
akupun mengucap tidak peduli
tapi, nyatanya aku sangat peduli

aku tak paham
aku juga tak mengerti
apa yang aku rasa
aku seperti bunga mawar tanpa duri
seperti lebah tak bersayap
seperti gajah tak bergading
seperti singa tak bertaring
dan seperti burung beo yang tak bersuara

aku merasa bosan sebosan-bosannya
kupejamkan mata, tapi tak bisa
kulihat mereka terlelap dengan suara yang tak asing

Hanya dengan menulis, aku menjadi tuan bagi diriku sendiri
(Pramoedya Ananta Toer)

Buku-buku menjadi temanku dan pastilah (penjara) ini merupakan tempat tenang untuk belajar ... . Selama aku memiliki buku, aku dapat tinggal di mana saja
(Moh.Hatta)

Lamunan adalah dasar dari segala fiksi
(Calin Wilson)

Aku menulis bukan karena aku memahami dunia, melainkan karena aku tak pernah memahami na
(Gerald Murnane)

Dengan menulis, aku menjadi jiwa yang bebas
(Je Aida Keoshi)

Tentang Seseorang yang Jauh di sana

ku hafal benar
retorika mengalun syahdu
ku ingat betul
gaya berbahasa berkelas

meski aku tak peduli
tapi aku dengar, aku paham
dan aku sangat mengerti

aku berkata padamu
kenang dan ingatlah aku

aku sudah coba yang aku mampu
aku sudah beri, aku punya rasa
hanya engkau yang nilai
patahan-patahan kalbu
luluh lantah tercecer
remuk. sampai dasar

kenang dan ingatlah aku
simpan-simpanlah memori ini
jaga rasa ini
jaga kalbu ini
jaga jiwa ini

kini, aku bukan apa-apa
jika bisa, beri daku makna
makna dari suka menjadi benci
kenang dan ingatlah aku
yang menyisakan kecewa dan pilu


Apel Hijau-Merah

Apel hijau tergeletak
begitu saja
di tempat tinggi itu
dan aku hanya diam

Apel hijau itu
seiring waktu berjalan
lambat laun memerah
dan aku suka

Ingin kumiliki .. .
Tak sesederhana itu, Kawan
Aku sangat menginginkannya
Bangun dari tidurmu, Kawan

Jika memang takdirmu
apel itu .. .
akan berdiri tegak dihadapanmu !!!


Perang belum Usai

Perang berkobar di dada
Ujung keris tertancap
Peluru menembus relung
Darah mengucur. Merah !

Perang berkecamuk dalam nafas
Merebut tahta agung
Tak peduli medan rata
Beribu-ribu pasukan tergeletak

Kini tinggal satu nyawa
Tanpa tangan, tanpa kaki
Teriak. Kami belum menyerah !
Jiwa kami tumbuh dalam
Generasi kian meninggi

Petang Hari

gerimis membasahi bumi
kala mentari hendak pergi
awan pudar perlahan
burung gereja tak lagi tampak

seberkas cahaya muncul
di balik gubuk nan jauh
akan roboh, jika diterpa angin
gadis kecil berkerudung merah jambu
keluar bawa obor
mencari ranting demi ranting

tak kenal takut, tak kenal lelah
hanya peluh yang dirasa
kunang-kunang teman setianya
malam gelap gulita

jangan biarkan air matamu tumpah
tersenyumlah, gadis kecil
agar kunang-kunang tidak larut
dalam keheningan malam


Rabu, 02 April 2014

Karma

Aku bilang, aku tidak suka rock
Aku bilang, lagunya keras
Isinya hanya teriak belaka
Melodinya tidak terlihat

Aku bilang, aku tidak suka bunga
Aku bilang, aku tidak tertarik
Bahkan walau hanya satu tangkai
Bahkan jika dia lebih mahal dari emas

Aku bilang, aku tidak suka pepaya
Aku bilang, aku tidak mau itu
Bahkan, jika dia antioksidan tinggi
Bahkan, jika dia dari Thailand

Kini semua itu sirna dalam sekejap
Berubah dalam satu kedipan mata
Entah dari mana datangnya,
Serta merta aku sangat menginginkannya

Aku ingin lagu rock
Aku ingin setangkai bunga
Aku ingin seiris pepaya

Apa ini yang disebut hukum karma?
Dulu, yang dengan tegas aku tidak mau
Dan sekarang, sangat menginginkannya
Bahkan alasan sedikitpun tidak bisa aku ungkapkan




Selasa, 01 April 2014

Masih

Sisa yang secuil ini
Sungguh sedikit perih
Padat, merayap, sesak
Ingin keluar, tapi tak mampu

Haruskan kubuang
Hingga tak bersisa
Ataukah harus kuinjak
Sampai remuk luluh lantah

Semakin ingin kuhancurkan
Semakin mendekat pula
Semakin ingin kuhapus
Semakin jelas terpampang

Apa yang salah?
Aku kah?
Rasa ini kah? 
Peristiwa kah?


Sang Penulis Pemula


Pintu yang dulunya terkunci rapat, perlahan terbuka lebar
Bagimu ini hanya pintu yang masih baru dan belum bernilai
Tidak dari jati, mahoni, ataupun kelapa
Hanya dari bambu yang sudah tua yang disusun dengan rapi

Dalam pintu yang terbuka ini
begitu sederhana, jangan terkejut dan gelisah
Di sana hanya ada engkau seorang
Hanya dirimu sendiri yang kau jumpa

Di pintu sederhana itu yang sedang terbuka ... .
memang itu kenyataan yang sederhana 
akan tetapi sedikit meyayat hati
Pintu ini akan selalu terbuka untukmu
yang di dalamnya engkau temukan sendiri dirimu di sana