Senin, 09 Desember 2013

Cerpen "DILEMA SASHA"


       KRIIIING . . . .!!!” JAM BEKER Sasha berdering keras sekali. Tangan Sasha meraba-raba meja untuk mematikan jam beker tersebut. Namun, sesaat Sasha menatap jam langsung dia melompat bangun dari tidurnya.
       OHh . . nooo!!” Sasha menjerit dan mulutnya menganga ketika melihat jarum jam menunjuk angka 06.30 WIB. Tanpa merapikan tempat tidurnya, Sasha langsung bergegas mandi dan siap-siap untuk berangkat sekolah. Sasha tidak bisa membayangkan hari ini jam pertama  adalah pelajaran Akuntansi yang diampu oleh Bu Aina. Padahal Bu Aina paling tidak bisa memaafkan siswa yang terlambat datang ke kelasnya.
       Sepuluh menit kemudian Sasha keluar dari kamar, sudah rapi dan siap untuk berangkat ke sekolah. Pintu kamarnya dibiarkan terbuka dan isi kamaryna sudah seperti gudang saja alias berantakan sekali. Sasha berlari menuruni tangga dan bergegas menuju garasi untuk mengambil motornya, tetapi ketika dia melewati meja makan Mamanya tiba-tiba berseru kepadanya.
       ”Sasha . . sarapan dulu, nanti sakit lho??”
       ”Nggak usah dech maaaaa . . . Sasha lagi buru-buru nih, udah mau terlambat?! Manalagi jam pertama Akuntansi dan aduuuHH, Sasha juga belum ngerjain tugasnya lagi!!!”
       ” Memangnya siapa yang suruh tadi malam kamu nonton sepak bola sampai larut malam!!! Apa itu namanya Mila . . mila . .!?” kata Mama menggoda.
       ”AC Milan ,, ma . . ma . ..?? Berdebatnya dilanjutin nanti aja yaa mamaku sayang?? Sekarang Sasha tuh lagi buru-buru banget!!” Sasha berkata dengan sabar.
       ”Kalau kamu nggak mau makan, uang saku kamu bulan depan Mama potong 50% supaya kamu nggak bisa jajan di luar,” ancam Mama.
       ”Iyaa .. . iyaaa . . Sasha sarapan.” Kemudian Sasha duduk di meja makan, minum susu lalu makan roti dengan secepat kilat. Sasha menuruti kemauan Mama karena biar bisa cepat berangkat sekolah. Selesai makan Sasha mencium tangan Mama, lalu menuju garasi dan langsung naik motornya. Mama memngikuti dari belakang.
       ”Hati-hati yaa sayang . .. semoga nanti nggak dimarahi sama Bu Aina?!” kata Mama terdengar sayup-sayup di telinga Sasha, sebab motor Sasha sudah melaju ke jalan raya.
       Sasha hanya butuh waktu sepuluh menit untuk sampai di SMA Galaksi Unno. Jarak rumah Sasha ke sekolah biasanya menghabiskan waktu lima belas menit, lumayan jauh juga. Tetapi hal itu tidak jadi masalah baginya, karena dia kan pembalap jadi bisa menghemat waktu lima menit paling tidak.
*     *    *
       Sasha melaju dengan kecepatan tinggi, sambil mengendarai dia melirik jam tangannya yang sedang menunjukkan angka 06.45 WIB. Masih aman sebab pelajaran pertama pasti belum dimulai. Sasha yakin bahwa lima menit kemudian dia pasti sudah sampai di sekolahan dan dia sudah duduk manis sebelum Bu Aina masuk kelas. Karena mungkin hanya itu jalan satu-satunya untuk menghindari debat dengan Bu Aina. Bu Aina itu sifatnya sama dengan Mama, yach secara mereka dulunya kan teman dekat se-SMA. Kalau sudah berbicara tidak mau kalah dengan orang yang sedang diajak berbicara.
       Eeee . . kenapa malah jalan pikiran Sasha jadi kemana-mana. Harusnya Sasha tetap fokus sama motornya yang sedang dikendarainya dengan kecepatan tinggi. Dan Sasha baru sadar dari lamunannya ketika motornya sedang melaju di tikungan tajam. Tiba-tiba ada seorang anak kecil yang mau menyeberang jalan, lalu Sasha spontan membunyikan klakson panjang. Si anak sudah minggir, tetapi malah lari ke arah lain dan motor lain sedang menuju ka arahnya.
       Sepertinya motor tersebut pengendaranya tidak sadar kalau di depannya ada seorang anak kecil sedang menyeberang jalan. Kemudian Sasha ganti mengklakson motor yang melaju itu sampai beberapa kali, dan motornya baru sadar ketika si anak sudah di depan matanya. Lalu cepat-cepat dia membelokkan motornya ke arah lain, tatapi malah bertabrakan dengan motor Sasha.
       ”GUBRAKKK . .. !!!” motor Sasha dan motor tersebut saling bertabrakan dan dua-duanya juga jatuh dari motor masing-masing, tetapi tidak sampai parah. Mungkin hanya lecet-lecet sedikit dibagian lutut sampai kaki, dan siku kanan Sasha tergores luka memerah. Kelihatannya pengendara motor itu satu sekolah dengan Sasha, karena seragam yang dipakainya sama dengan seragam yang dipakai oleh Sasha. Bedanya orang tersebut memakai jaket, jadi tidak kelihatan kalau dia sedang memakai seragam sekolah SMA Galaksi Unno. Kemudian orang tersebut menghampiri Sasha dan ingin menolongnya. Padahal dia sendiri juga masih merasa kesakitan akibat jatuh tadi.
       ”Maaf . .. maaf . . mbak,, saya akan ganti rugi kok?!!” kata orang itu dengan tulus seraya menyerahkan kartu namanya dan sekaligus melepas helmnya. Sasha membuka sedikit helmnya dan langsung marah-marah, karena ternyata orang yang menabraknya, sehingga Sasha harus jatuh yang tak terduga itu adalah Enda Sebastian. Dia adalah teman sekelas Sasha yang terkenal anak ugal-ugalan tetapi juga cerdas dalam semua pelajaran, terutama pelajaran Bahasa Inggris yang paling disukainya.
       ”Ohhhh .. .. jadi kamu to yang nabrak aku sampai jatuh!!! Heehh ,, , kalau naik motor itu harus penuh konsentrasi, jangan Cuma melamun doank dong??! Dasar lo dong- dong sih otaknya. Masa nggak tau sih kalau ada anak kecil yang sedang menyeberang jalan!!” kata Sasha  dengan nada jengkel.
       ”Kamu tau nggak sihh, gara-gara kamu tuh aku bisa terlambat masuk kelas Bu Aina. Dan aku juga belum sempat ngerjain tugas Akuntansi. Kamu pasti tau donk apa akibatnya ntar??? Nggak bisa ngebayangin dehh, nanti kayak apa. Sekarang gimana aku bisa berangkat sekolah, motor aja sudah rusak mau naik apa ntar??! Sasha nerocos terus tanpa jeda, titik, dan koma. Sedangkan Enda hanya diam mendengarkan perkataan Sasha dan menunggu Sasha sampai selesai bicaranya.
       ”Sekarang jawab Enda Sebastian . .. kenapa hanya diam saja?!!” Sasha bertanya pada Enda dengan menyebutkan nama lengkapnya.
       ”SUDAHHHH bicaranya .. . tadi aku kan sudah bilang, kalau aku bersedia ganti rugi. Semuanya aku yang tanggung termasuk diri kamu, ehh . .  maksudnya luka-luka kamu. Terus kenapa kamu nerocos nggak berhenti-berhenti!! Cuma buang-buang waktu dan habisin tenaga aku aja!?!” Enda menjelaskan dengan sindiran terhadap Sasha.
       ”Apa kamu bilang!!?” Sasha melotot tajam.
       ”Udahhh . .. gini aja kalau begitu, motor aku kan masih bisa dipakai dan nggak parah-parah banget. Tetapi kalau motor kamu kan stangnya sudah bengkok selebar 30’ derajat, secara kan kamu cewek, jadi susah kalau masih memaksa untuk mengendarainya. Jadi . ..” belum sempat Enda selesai dengan susunan kata- katanya, dia sudah dipotong oleh Sasha.
       ”Udah dehh . . nggak usah berbelit-belit mendingan kamu TO THE POINT  aja dech!!! Sekarang kamu maunya gimana??!” tanya Sasha.
      ”OK .. . motor kamu akan aku anterin ke bengkel terdekat untuk diperbaiki nanti kalau sudah diperbaiki akan aku anterin ke rumah kamu dech udah tenang aja aku nggak akan ngilang kok, secara kan kita satu sekolah. Jadi, kamu nggak usah khawatir kalau motornya aku bawa lari. Kalau seandainya itu terjadi, kamu boleh lapor polisi dan jeblosin aku ke penjara. Gimana aku cukup meyakinkan bukan??! Sekarang kamu boncengan sama aku sampai ke sekolah, gimana . . cukup praktis bukan??” tawar Enda.
      ”Sasha melirik jam tangannya menunjukkan angka 07.00 WIB. Masih ada kesempatan masuk kelas Bu Aina meskipun sudah agak terlambat. Sasha berpikir, lima menit ditambah sampai sekolah perlu kurang lebih dua menit. Jadi, jumlah keterlambatan sampai di kelas Bu Aina sekitar tujuh menit.
       ”Iya . ..!!” kata Sasha dengan berat dan terpaksa.
       Entah kenapa Sasha bisa akur dan berboncengan dengan Enda. Padahal kalau di kelas mereka itu tiada hari tanpa ada selisih dan bertengkar. Dan hal itu sudah menjadi makanan sehari-hari mereka. Sasha juga tidak bisa membayangkan kalau anak-anak sampai tau, pasti mereka akan menyoraki dengan ramai dan gaduh atau mungkin juga seluruh isi Galaksi Unno akan runtuh berkeping-keping tak berbekas.
*     *     *
       Persis dengan semua perkiraan dan hitungan Sasha, karena mereka sampai di tempat parkir sekolah SMA Galaksi Unno tepat pukul 07.07 WIB. Kemudian mereka berdua bergegas lari dan memanjat pagar gerbang sekolah yang dekat dengan lapangan. Hal tersebut terpaksa mereka lakukan, karena kalau seandainya lewat gerbang depan pasti sudah dicegat oleh Pak Satpam sekolah dan urusannya akan lebih panjang. Jadi yachhhhhhh . . . terpaksa, hanya memanjat adalah cara satu-satunya yang paling efektif dan efisien untuk dilakukan dalam keadaan darurat seperti saat ini.
       Tidak heran jika Enda dan Sasha berbuat senekad itu, karena mereka adalah siswa-siswi yang terkenal sangat bandel, nakal, suka tantangan, dan juga cerdas di SMA Galaksi Unno. Hal itulah yang membuat guru-guru Galaksi Unno sangat hafal dan akrab dengan mereka berdua. Meskipun di dalam kelas berdebat habis-habisan tetapi ketika di luar kelas mereka sangat dekat seperti teman mereka sendiri.
       ”Tok . . tok .. . tok!!!” Sasha mengetuk pintu kelas XII IPS 2, dimana Bu Aina sedang mengajar Akuntansi. Setelah mengetuk pintu Sasha dan Enda langsung masuk kelas menghadap Bu Aina untuk meminta maaf atas keterlambatan mereka serta menjelaskan alasan mereka datang terlambat. Mereka sangat berharap Bu Aina akan langsung menyuruh duduk, dan melanjutkan pelajarannya.
       Sepertinya hari ini Bu Aina sedang berbaik hati, beliau menyuruh Enda dan Sasha duduk di bangku masing-masing tanpa syarat apapun. Sasha masih tidak percaya begitu juga dengan Enda. Namun, kemudian Bu Aina berdiri di depan kelas dan berbicara sangat keras.
       ”Baiklah anak-anak ,, , kita lanjutkan pelajaran kita pada pagi hari ini. Maaf . . . . . tadi ada gangguan sedikit dan sepertinya ada teman kita yang janjian untuk datang terlambat. Sekarang ayo dikumpulkan tugasnya kemudian kita akan bahas bersama-sama.”
       ”Haaa .. . haaaa . . huuu , ,, hu , , !!!!” semua anak berteriak, entah mungkin menertawakan Sasha dan Enda entah tentang tugas yang harus dikumpulkan.
       ”Yang tidak bawa atau yang tidak mengerjakan tugas silakan untuk maju ke depan sekarang juga, TITIK. Dan ibu tidak menerima alasan apapun kalau yang tidak mengerjakan, sebagai konsekuensinya ibu akan memberikan hukuman terberat yang pernah ada di sekolah Galaksi Unno.” tegas Bu Aina.
       Mendengar kata-kata Bu Aina, Sasha seperti disambar petir di siang bolong. Dia baru ingat kalau dia belum mengerjakan tugas akuntansi sama sekali. Maka dengan langkah gontai Sasha maju ke depan kelas. Ternyata di depan kelas Cuma ada Sasha dan Enda yang tidak mengerjakan tugas.
       ”Ooo. .. jadi kalian lagi yang buat masalah?!! Tadi yang datang terlambat dan apapun alasannya sudah saya toleransi. Tetapi mengapa kalian tidak mengerjakan tugas!!? Kesalahan kalian sudah fatal dan sudah tidak ada keringanan lagi.” bentak Bu Aina pada mereka.
       ”Sekarang kalian berdiri di pojok pintu kelas sampai jam pelajaran Akuntansi selesai. Itu hukuman supaya kalian jera dan bisa mengubah sikap. Kalau saya suruh kalian mengerjakan soal, itu terlalu mudah, karena saya tahu kalian akan dengan mudah mengerjakan soal-soal itu dengan sekali gores, dan pasti kalian akan cepat selesai dengan waktu tidak lebih dari satu menit. Nanti pas istirahat kalian temui saya di kantor guru.” tambah Bu Aina.
       ”Iyaaaaaa . . . Bu!!!” jawab mereka serentak.
       Selama jam pelajaran Akuntansi berlangsung, Enda dan Sasha hanya menikmati hukuman mereka dengan berdiri dan diam. Sebab kalau salah satu dari mereka ada yang berbicara, Bu Aina tidak segan-segan memberikan hukuman yang lebih berat. Sasha menatap lantai kosong dengan hampa, dia merenungkan kejadian-kejadian yang tadi terjadi dari mulai bangun tidur sampai pada saat sekarang ini. Pertama, Sasha bangun kesiangan akibat nonton sepak bola sampai larut malam. Kedua, pas lagi buru-buru berangkat sekolah, Mama malah ngajakin berdebat. Ketiga, di jalan raya nggak sengaja tabrakan dengan Enda. Dan yang terakhir mendapat hukuman dari Bu Aina yang super galak se-Galaksi Unno. Sasha pun bertekad tidak akan mau mengulagi kesalahan yang sama.

       Hari ini memang hari yang sangat menjengkelkan dan sangat melelahkan bagi Sasha Ayudia.
*  *  *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar