“KRIIIING . . .
.!!!” JAM BEKER Sasha berdering keras sekali. Tangan Sasha meraba-raba meja
untuk mematikan jam beker tersebut. Namun, sesaat Sasha menatap jam langsung
dia melompat bangun dari tidurnya.
”OHh . . nooo!!”
Sasha menjerit dan mulutnya menganga ketika melihat jarum jam menunjuk angka
06.30 WIB. Tanpa merapikan tempat tidurnya, Sasha langsung bergegas mandi dan
siap-siap untuk berangkat sekolah. Sasha tidak bisa membayangkan hari ini jam
pertama adalah pelajaran Akuntansi yang
diampu oleh Bu Aina. Padahal Bu Aina paling tidak bisa memaafkan siswa yang
terlambat datang ke kelasnya.
Sepuluh menit kemudian Sasha keluar dari kamar, sudah rapi dan siap
untuk berangkat ke sekolah. Pintu kamarnya dibiarkan terbuka dan isi kamaryna
sudah seperti gudang saja alias berantakan sekali. Sasha berlari menuruni tangga
dan bergegas menuju garasi untuk mengambil motornya, tetapi ketika dia melewati
meja makan Mamanya tiba-tiba berseru kepadanya.
”Sasha . . sarapan dulu, nanti sakit lho??”
”Nggak usah dech maaaaa . . . Sasha lagi buru-buru nih, udah mau terlambat?!
Manalagi jam pertama Akuntansi dan aduuuHH, Sasha juga belum ngerjain tugasnya
lagi!!!”
”
Memangnya siapa yang suruh tadi malam kamu nonton sepak bola sampai larut
malam!!! Apa itu namanya Mila . . mila . .!?” kata Mama menggoda.
”AC
Milan ,, ma . . ma . ..?? Berdebatnya dilanjutin nanti aja yaa mamaku sayang??
Sekarang Sasha tuh lagi buru-buru banget!!” Sasha berkata dengan sabar.
”Kalau kamu nggak mau makan, uang saku kamu bulan depan Mama potong 50%
supaya kamu nggak bisa jajan di luar,” ancam Mama.
”Iyaa
.. . iyaaa . . Sasha sarapan.” Kemudian Sasha duduk di meja makan, minum susu
lalu makan roti dengan secepat kilat. Sasha menuruti kemauan Mama karena biar
bisa cepat berangkat sekolah. Selesai makan Sasha mencium tangan Mama, lalu
menuju garasi dan langsung naik motornya. Mama memngikuti dari belakang.
”Hati-hati yaa sayang . .. semoga nanti nggak dimarahi sama Bu Aina?!”
kata Mama terdengar sayup-sayup di telinga Sasha, sebab motor Sasha sudah
melaju ke jalan raya.
Sasha
hanya butuh waktu sepuluh menit untuk sampai di SMA Galaksi Unno. Jarak rumah
Sasha ke sekolah biasanya menghabiskan waktu lima belas menit, lumayan jauh
juga. Tetapi hal itu tidak jadi masalah baginya, karena dia kan pembalap jadi
bisa menghemat waktu lima menit paling tidak.
* * *
Sasha
melaju dengan kecepatan tinggi, sambil mengendarai dia melirik jam tangannya yang
sedang menunjukkan angka 06.45 WIB. Masih aman sebab pelajaran pertama pasti
belum dimulai. Sasha yakin bahwa lima menit kemudian dia pasti sudah sampai di
sekolahan dan dia sudah duduk manis sebelum Bu Aina masuk kelas. Karena mungkin
hanya itu jalan satu-satunya untuk menghindari debat dengan Bu Aina. Bu Aina
itu sifatnya sama dengan Mama, yach secara mereka dulunya kan teman dekat
se-SMA. Kalau sudah berbicara tidak mau kalah dengan orang yang sedang diajak
berbicara.
Eeee
. . kenapa malah jalan pikiran Sasha jadi kemana-mana. Harusnya Sasha tetap fokus
sama motornya yang sedang dikendarainya dengan kecepatan tinggi. Dan Sasha baru
sadar dari lamunannya ketika motornya sedang melaju di tikungan tajam.
Tiba-tiba ada seorang anak kecil yang mau menyeberang jalan, lalu Sasha spontan
membunyikan klakson panjang. Si anak sudah minggir, tetapi malah lari ke arah
lain dan motor lain sedang menuju ka arahnya.
Sepertinya motor tersebut pengendaranya tidak sadar kalau di depannya
ada seorang anak kecil sedang menyeberang jalan. Kemudian Sasha ganti
mengklakson motor yang melaju itu sampai beberapa kali, dan motornya baru sadar
ketika si anak sudah di depan matanya. Lalu cepat-cepat dia membelokkan
motornya ke arah lain, tatapi malah bertabrakan dengan motor Sasha.
”GUBRAKKK
. .. !!!” motor Sasha dan motor tersebut saling bertabrakan dan dua-duanya juga
jatuh dari motor masing-masing, tetapi tidak sampai parah. Mungkin hanya
lecet-lecet sedikit dibagian lutut sampai kaki, dan siku kanan Sasha tergores
luka memerah. Kelihatannya pengendara motor itu satu sekolah dengan Sasha,
karena seragam yang dipakainya sama dengan seragam yang dipakai oleh Sasha.
Bedanya orang tersebut memakai jaket, jadi tidak kelihatan kalau dia sedang
memakai seragam sekolah SMA Galaksi Unno. Kemudian orang tersebut menghampiri
Sasha dan ingin menolongnya. Padahal dia sendiri juga masih merasa kesakitan
akibat jatuh tadi.
”Maaf
. .. maaf . . mbak,, saya akan ganti rugi kok?!!” kata orang itu dengan tulus
seraya menyerahkan kartu namanya dan sekaligus melepas helmnya. Sasha membuka
sedikit helmnya dan langsung marah-marah, karena ternyata orang yang
menabraknya, sehingga Sasha harus jatuh yang tak terduga itu adalah Enda
Sebastian. Dia adalah teman sekelas Sasha yang terkenal anak ugal-ugalan tetapi
juga cerdas dalam semua pelajaran, terutama pelajaran Bahasa Inggris yang
paling disukainya.
”Ohhhh .. .. jadi kamu to yang nabrak aku sampai jatuh!!! Heehh ,, ,
kalau naik motor itu harus penuh konsentrasi, jangan Cuma melamun doank dong??!
Dasar lo dong- dong sih otaknya. Masa nggak tau sih kalau ada anak kecil yang
sedang menyeberang jalan!!” kata Sasha
dengan nada jengkel.
”Kamu
tau nggak sihh, gara-gara kamu tuh aku bisa terlambat masuk kelas Bu Aina. Dan aku
juga belum sempat ngerjain tugas Akuntansi. Kamu pasti tau donk apa akibatnya
ntar??? Nggak bisa ngebayangin dehh, nanti kayak apa. Sekarang gimana aku bisa
berangkat sekolah, motor aja sudah rusak mau naik apa ntar??! Sasha nerocos
terus tanpa jeda, titik, dan koma. Sedangkan Enda hanya diam mendengarkan
perkataan Sasha dan menunggu Sasha sampai selesai bicaranya.
”Sekarang jawab Enda Sebastian . .. kenapa hanya diam saja?!!” Sasha
bertanya pada Enda dengan menyebutkan nama lengkapnya.
”SUDAHHHH
bicaranya .. . tadi aku kan sudah bilang, kalau aku bersedia ganti rugi.
Semuanya aku yang tanggung termasuk diri kamu, ehh . . maksudnya luka-luka kamu. Terus kenapa kamu
nerocos nggak berhenti-berhenti!! Cuma buang-buang waktu dan habisin tenaga aku
aja!?!” Enda menjelaskan dengan sindiran terhadap Sasha.
”Apa
kamu bilang!!?” Sasha melotot tajam.
”Udahhh . .. gini aja kalau begitu, motor aku kan masih bisa dipakai dan
nggak parah-parah banget. Tetapi kalau motor kamu kan stangnya sudah bengkok
selebar 30’ derajat, secara kan kamu cewek, jadi susah kalau masih memaksa
untuk mengendarainya. Jadi . ..” belum sempat Enda selesai dengan susunan kata-
katanya, dia sudah dipotong oleh Sasha.
”Udah
dehh . . nggak usah berbelit-belit mendingan kamu TO THE POINT aja dech!!! Sekarang kamu maunya gimana??!”
tanya Sasha.
”OK ..
. motor kamu akan aku anterin ke bengkel terdekat untuk diperbaiki nanti kalau
sudah diperbaiki akan aku anterin ke rumah kamu dech udah tenang aja aku nggak
akan ngilang kok, secara kan kita satu sekolah. Jadi, kamu nggak usah khawatir
kalau motornya aku bawa lari. Kalau seandainya itu terjadi, kamu boleh lapor
polisi dan jeblosin aku ke penjara. Gimana aku cukup meyakinkan bukan??!
Sekarang kamu boncengan sama aku sampai ke sekolah, gimana . . cukup praktis
bukan??” tawar Enda.
”Sasha
melirik jam tangannya menunjukkan angka 07.00 WIB. Masih ada kesempatan masuk
kelas Bu Aina meskipun sudah agak terlambat. Sasha berpikir, lima menit
ditambah sampai sekolah perlu kurang lebih dua menit. Jadi, jumlah
keterlambatan sampai di kelas Bu Aina sekitar tujuh menit.
”Iya
. ..!!” kata Sasha dengan berat dan terpaksa.
Entah
kenapa Sasha bisa akur dan berboncengan dengan Enda. Padahal kalau di kelas
mereka itu tiada hari tanpa ada selisih dan bertengkar. Dan hal itu sudah
menjadi makanan sehari-hari mereka. Sasha juga tidak bisa membayangkan kalau
anak-anak sampai tau, pasti mereka akan menyoraki dengan ramai dan gaduh atau
mungkin juga seluruh isi Galaksi Unno akan runtuh berkeping-keping tak
berbekas.
* * *
Persis dengan semua perkiraan dan hitungan Sasha, karena mereka sampai
di tempat parkir sekolah SMA Galaksi Unno tepat pukul 07.07 WIB. Kemudian
mereka berdua bergegas lari dan memanjat pagar gerbang sekolah yang dekat
dengan lapangan. Hal tersebut terpaksa mereka lakukan, karena kalau seandainya
lewat gerbang depan pasti sudah dicegat oleh Pak Satpam sekolah dan urusannya
akan lebih panjang. Jadi yachhhhhhh . . . terpaksa, hanya memanjat adalah cara
satu-satunya yang paling efektif dan efisien untuk dilakukan dalam keadaan
darurat seperti saat ini.
Tidak
heran jika Enda dan Sasha berbuat senekad itu, karena mereka adalah siswa-siswi
yang terkenal sangat bandel, nakal, suka tantangan, dan juga cerdas di SMA
Galaksi Unno. Hal itulah yang membuat guru-guru Galaksi Unno sangat hafal dan
akrab dengan mereka berdua. Meskipun di dalam kelas berdebat habis-habisan
tetapi ketika di luar kelas mereka sangat dekat seperti teman mereka sendiri.
”Tok
. . tok .. . tok!!!” Sasha mengetuk pintu kelas XII IPS 2, dimana Bu Aina
sedang mengajar Akuntansi. Setelah mengetuk pintu Sasha dan Enda langsung masuk
kelas menghadap Bu Aina untuk meminta maaf atas keterlambatan mereka serta
menjelaskan alasan mereka datang terlambat. Mereka sangat berharap Bu Aina akan
langsung menyuruh duduk, dan melanjutkan pelajarannya.
Sepertinya hari ini Bu Aina sedang berbaik hati, beliau menyuruh Enda
dan Sasha duduk di bangku masing-masing tanpa syarat apapun. Sasha masih tidak
percaya begitu juga dengan Enda. Namun, kemudian Bu Aina berdiri di depan kelas
dan berbicara sangat keras.
”Baiklah anak-anak ,, , kita lanjutkan pelajaran kita pada pagi hari
ini. Maaf . . . . . tadi ada gangguan sedikit dan sepertinya ada teman kita
yang janjian untuk datang terlambat. Sekarang ayo dikumpulkan tugasnya kemudian
kita akan bahas bersama-sama.”
”Haaa
.. . haaaa . . huuu , ,, hu , , !!!!” semua anak berteriak, entah mungkin
menertawakan Sasha dan Enda entah tentang tugas yang harus dikumpulkan.
”Yang tidak bawa atau yang tidak
mengerjakan tugas silakan untuk maju ke depan sekarang juga, TITIK. Dan ibu
tidak menerima alasan apapun kalau yang tidak mengerjakan, sebagai
konsekuensinya ibu akan memberikan hukuman terberat yang pernah ada di sekolah
Galaksi Unno.” tegas Bu Aina.
Mendengar kata-kata Bu Aina, Sasha seperti disambar petir di siang
bolong. Dia baru ingat kalau dia belum mengerjakan tugas akuntansi sama sekali.
Maka dengan langkah gontai Sasha maju ke depan kelas. Ternyata di depan kelas
Cuma ada Sasha dan Enda yang tidak mengerjakan tugas.
”Ooo.
.. jadi kalian lagi yang buat masalah?!! Tadi yang datang terlambat dan apapun
alasannya sudah saya toleransi. Tetapi mengapa kalian tidak mengerjakan
tugas!!? Kesalahan kalian sudah fatal dan sudah tidak ada keringanan lagi.”
bentak Bu Aina pada mereka.
”Sekarang kalian berdiri di pojok pintu kelas sampai jam pelajaran
Akuntansi selesai. Itu hukuman supaya kalian jera dan bisa mengubah sikap. Kalau
saya suruh kalian mengerjakan soal, itu terlalu mudah, karena saya tahu kalian
akan dengan mudah mengerjakan soal-soal itu dengan sekali gores, dan pasti
kalian akan cepat selesai dengan waktu tidak lebih dari satu menit. Nanti pas
istirahat kalian temui saya di kantor guru.” tambah Bu Aina.
”Iyaaaaaa . . . Bu!!!” jawab mereka serentak.
Selama jam pelajaran Akuntansi berlangsung, Enda dan Sasha hanya
menikmati hukuman mereka dengan berdiri dan diam. Sebab kalau salah satu dari
mereka ada yang berbicara, Bu Aina tidak segan-segan memberikan hukuman yang
lebih berat. Sasha menatap lantai kosong dengan hampa, dia merenungkan
kejadian-kejadian yang tadi terjadi dari mulai bangun tidur sampai pada saat
sekarang ini. Pertama, Sasha bangun kesiangan akibat nonton sepak bola sampai
larut malam. Kedua, pas lagi buru-buru berangkat sekolah, Mama malah ngajakin berdebat.
Ketiga, di jalan raya nggak sengaja tabrakan dengan Enda. Dan yang terakhir
mendapat hukuman dari Bu Aina yang super galak se-Galaksi Unno. Sasha pun
bertekad tidak akan mau mengulagi kesalahan yang sama.
Hari
ini memang hari yang sangat menjengkelkan dan sangat melelahkan bagi Sasha
Ayudia.
*
* *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar