Sabtu, 26 April 2014

Catatan Kecilku



"menyukai seseorang memang bukan lagi hal yang mudah dicerna oleh akal sehat, bagi sebagian orang mungkin itu adalah hal yang sangat mudah. Akan tetapi, bagi aku itu adalah hal yang sangat aneh dan membingungkan." 

Aku tidak tahu harus memulai dari mana cerita ini, banyak orang menilai bahwa cerita ini hanya fiktif belaka.
Akan tetapi, aku mencoba untuk tetap menggeluti kisah ini, karena kisah ini memang terlalu panjang dan sedikit menguras energy.
Akupun merasa aneh dan bertanya-tanya bagaimana kisah ini bisa terjadi???
Bagaimana aku bisa bertemu dengannya?
Apakah hanya kebetulan belaka?
Ataukah memang sudah direncanakan oleh Sang Pencipta?
Bagaimana rasa ini bisa hadir begitu saja?
Dari mana datangnya?
Bahkan aku tidak mengenalnya walau hanya sedikit saja, yang aku tahu hanya nama dan pekerjaannya.
Apa ini bisa dikatakan rasa suka pada pandangan pertama?
Ah tidak, bahkan pertama ia beretorika aku tidak begitu menghiraukannya.
Sampai ia menyodorkan sesuatu padaku, dan kamipun bertatap muka walau hanya sebentar.
Saat itu terbesit sedikit dipikirku, apa ia jodohku? Namun, ketika ia kembali berada di depan, dan aku menatapnya lagi, dan pikiran itu hilang seketika, sebab jika dilihat dari gayanya, wajahnya, tutur katanya, ia mungkin sudah punya keluarga yang bahagia. Dan rasa itupun hilang !
Akupun kembali menyibukkan diri dengan bersandar pada ponsel dan tasku.

Sampai aku tahu bahwa ia adalah orang yang ingin dikenalkan oleh Omku. Saat itu juga, aku terus saja mengingatnya. Aku tidak bisa lupa dengannya. Bahkan, aku mencari sosoknya ketika ia tidak ada.
Ada apa denganku?
Tidak pernah aku rasakan suka sedalam ini.
Sebelum aku suka padanya, aku juga suka dengan dua orang temanku yang sebaya. Saat aku suka dengan dua temanku, aku tidak bertindak sebodoh ini. Bahkan sampai sekarang, dua orang temanku tidak pernah tahu bahwa aku pernah menyukai mereka berdua.
Tetapi, untuk kali ini rasa suka yang aku punya sungguh berbeda dari yang sebelumnya.
Sudah aku coba dengan berbagai cara untuk bisa melupakannya, tetapi aku terus dan terus saja mengingatnya.
Ia tak mau pergi dari pikiranku, menjauh sedikitpun juga tidak.
Ia tidak pernah menjawab sedikitpun pesanku.
Salahkah aku yang menyukainya, tetapi dengan sekuat tenaga ingin mencoba melupakannya?
Dalam diriku ada konflik yang sulit untuk dipisahkan, antara keinginan dan hati kecil.
Tidak aku ingkari, bahwa ia bukan yang aku idamkan selama ini
Bukan yang aku inginkan selama ini
Bukan kriteriaku sama sekali.
Bahkan, ia tidak sebaya denganku
Namun, tidak aku pungkiri juga bahwa hati kecil aku memang sangat menyukainya
Jika ditanya apa yang aku suka darinya?
Aku akan jawab tidak tahu.
Karena memang sampai sekarang aku tidak tahu mengapa aku bisa sangat menyukainya hingga melakukan beberapa hal yang bodoh dan sulit dicerna oleh akal sehat.
Kepada siapa aku harus bertanya?
Aku sudah coba bertanya kepada ponsel dengan mengirim beberapa pesan singkat.
Akan tetapi, ponsel itu tidak pernah membalasnya walau hanya secuil kata saja.
Dan aku terus saja mengganggunya dan mengganggunya lagi.
Tetapi ia tidak pernah marah padaku
Ia juga tidak pernah menegurku
Ia juga tidak pernah menyalahkan aku
Karena ia mungkin memang tidak peduli padaku
Meski begitu, aku masih belum bisa melupakannya
Aku masih terus saja mengingatnya
Dan aku malah semakin menyukainya
Keteguhan hatinya yang aku belum pernah tahu seperti apa, mengisyaratkan bahwa ia memang begitu istimewa.
Ia begitu istimewa bagiku, tetapi aku tidak cukup istimewa baginya.
Aku tahu hal itu, meski aku terlihat begitu kelelahan, tapi aku masih belum menyerah.

Aku lelah ketika harus berselisih dengan konflik hati nurani dan akal sehat
Aku lelah ketika harus menahan diri untuk tidak berbicara padanya
Aku lelah harus menahan diri untuk tidak bertemu dengannya
Aku lelah ketika melakukan hal-hal bodoh di luar kendaliku
Aku lelah ketika harus berkhayal dengan imajinasi tingkat dewa
Aku lelah harus bergelut dengan rasa tertekan seperti terhimpit batu
Aku lelah terus mencoba untuk tidak melihatnya ketika bersua di jalan raya
Aku lelah harus mecoba bersikap wajar, padahal yang terjadi adalah hal yang tidak wajar

Aku lelah, lelah, dan lelah … .

Dengan demikian aku memilih kata diam saja untuk meredakan gejolak dalam jiwa.
Diam menunggu ketika momen bersua itu terjadi
Diam untuk menolak berbicara ketika ia mencoba menelepon
Diam untuk mengenang segala hal yang telah terjadi
Diam untuk mengembalikan akal sehatku menjadi normal lagi
Diam untuk mencoba memahami bagaimana cara kami bertemu
Dan dalam diam itu, aku merasa semakin gila karena rasa ini tetap mengalir seperti arus sungai yang tak bisa berhenti begitu saja.

Namun, kata diam yang ada dalam keheningan telah membuat aku menjadi stress dan galau .. .
Stress karena mencoba melupakan, tetapi belum juga bisa
Stress karena merasa tertekan jika tidak mengirim pesan padanya
Stress karena bertanya-tanya, mengapa aku bisa sesuka itu terhadapnya?
Galau karena setiap hari pikiranku penuh tentangya
Galau karena harapan yang terlalu melambung tinggi
Galau ketika berpikir aku tidak akan pernah bersua dengannya
Galau ketika aku ada kesempatan, tetapi aku masih ragu
Galau ketika ingin berucap, tetapi mulut ini seperti terkunci rapat
Galau karena hal itu tak akan terjadi padaku
Galau karena semua isyarat dan bahasa yang aku punya tidak bisa membuatnya goyah sedikitpun.

Benarkah, kata pepatah jika sedang jatuh hati, seseorang akan selalu melakukan hal-hal bodoh?
Hal bodoh yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang yang terpelajar.
Hal bodoh yang semestinya tidak dilakukan oleh seorang yang beragama.
Hal bodoh yang sebaiknya tidak dilakukan oleh seorang yang mengenal hak asasi manusia.
Hal bodoh yang memang sepertinya harus dihindari oleh seorang yang berpendidikan.

Meski aku memilih kata diam, dan akupun merasa sedikit lelah, kemudian menjadikanku stress dan galau, namun daripada itu terbesit rasa syukur yang tiada terhingga .. .
Syukur karena bisa bersua denganmu, meski hanya tiga kali
Syukur pernah berbicara denganmu, meski hanya sekali
Syukur karena rasa ini hadir begitu saja, tanpa permisi
Syukur karena masih bisa merasakan rasa suka terhadap seseorang
Syukur ketika harus menyembunyikan rasa sakit dan pedih serta cemburu yang tiada tara dengan mengatakan aku tidak apa-apa

Maka dengan ini, aku putuskan bahwa aku menyukai seseorang melalui se-bait doa menjadi pilihan utama bagiku yang paling pantas aku sematkan namanya dalam sujudku.
Setidaknya ada rasa suka yang secara tulus melalui doa dalam agama yang aku yakini, menjadi lebih indah dan bermakna.
Karena memang aku dibebankan oleh rasa perih dan pedih yang senantiasa ada dalam relung jiwa dan palung kalbu.
Dan dalam doa ini, akhirnya semuanya bisa kita kembalikan kepada Sang Khalik .. .

Ikhlas .. . ikhlas .. . dan ikhlas .. .

Pada hari ini dari semua pembelajaran yang telah aku dapatkan dari perjalanan ini
Menjadikanku belajar lebih dalam apa itu ilmu ikhlas .. .
Sebuah wilayah yang dapat terbentuk ketika aku merasa cukup
Dan tidak meminta lebih dari yang aku inginkan
Wilayah ini sangat lah membuatku menjadi tidak berdaya
Di mana aku tidak memiliki kekuatan untuk membuat semua menjadi mungkin
Di mana aku tidak berani membangun sebuah pengaharapan yang indah
Di mana aku tidak bisa memintanya untuk membalas pesanku
Di mana aku tidak bisa membuatnya bergeser, walau hanya satu mili meter saja
Di mana aku tidak berani untuk mengatakan secara lisan
“Aku menyukaimu, dan aku ingin engkau menjadi milikku entah bagaimana caranya, mari kita jalani bersama dan pastikan hanya untuk kita berdua saja.”

Inilah pilihan terakhir yang kumiliki dengan segenap jiwa
Menyukai dalam keheningan dan kepasrahan
Tanpa berharap, tanpa meminta, dan tanpa memaksa
Meski sangat susah sungguh, dan hampir mustahil bagiku untuk dapat melupakannya
Semoga aku bisa .. .
Semoga aku bisa melakukannya … .

Dan hingga detik ini, aku masih menyukainya
Dan aku juga sadar, hal itu akan memberi rasa pedih yang teramat dalam
Karena bagiku, rasa sukaku lebih mudah aku keluarkan
Dan aku akan lebih susah untuk tidak mengingatnya
Dan aku lebih berat lagi untuk dapat melupakannya
Dalam perjalanan ini, yang sedikit melelahkan bagiku
Dalam diam dan keheningan
Dan tentunya dalam sebuah keikhlasan dan kepasrahan yang teramat dalam

 #Dariku yang akan selalu menyukaimu dalam diam








Tidak ada komentar:

Posting Komentar